Mohon tunggu...
rasyid
rasyid Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang mencoba menganalisis apa yang terjadi di sekitarnya. mengungkapkan kegundahan hatinya. dan mempertanyakan apa makna semua ini.

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPT Bermasalah di TPS SBY

12 November 2013   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:16 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KPU telah melakukan publikasi DPT di situsnya (http://data.kpu.go.id/dpt.php). Setiap orang bisa mengecek apakah namanya tercantum dalam DPT berdasarkan alamat sesuai yang ada di KTP masing-masing. Langkah ini patut diapresiasi karena merupakan terobosan baru. Selama ini DPT harus dicek ke Kelurahan. Siapa yang kira-kira mau pergi ke kelurahan untuk mengecek namanya di DPT?

Dan dari sinilah saya mulai iseng mencari nama-nama pejabat di negeri ini sesuai tempat tinggalnya. Presiden kita, SBY, saat ini tercatat sebagai penduduk Kelurahan Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dari mana saya dapat data ini? Banyak berseliweran di internet dan juga dari data Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) saat mendaftar sebagai calon anggota DPR. Saat ini Ibas masih tinggal 1 rumah bersama SBY. Dari situlah, saya bisa menemukan bahwa SBY tercantum di DPT TPS 6.

Sepintas saya mengamati DPT di TPS 6 tersebut, saya menemukan sejumlah kejanggalan. Kejanggalan pertama adalah ketiadaan NIK yang mencapai puluhan. Dan kejanggalan kedua adalah nama orang-orang yang tertera dalam DPT banyak yang mirip, berulang, atau muncul dua nama dengan versi singkat.

Untuk kejanggalan pertama, pemilih di tempat SBY akan mencoblos ini yang tidak memiliki NIK mencapai 50 (lima puluh) orang. Saya terus terang tidak tahu persis seperti apa lingkungan tempat tinggal SBY. Apakah lingkungan yang nomaden? Atau lingkungan yang memang baru sehingga banyak nama-nama orang yang baru pindah sehingga belum masuk dalam data penduduk. Karena dari total 358 orang, jumlah 50 orang ini tidak bisa dikatakan sedikit.

Kejanggalan kedua adalah nama yang mirip, berulang, atau muncul dengan beberapa versi dan memiliki tempat lahir yang sama. Berikut ini beberapa contohnya:

·AMIH dan AMIH BINTI NAAH, sama-sama lahir di Bogor.

·ANAH dan ANAH SUHANAH.

·ANDRI dan ANDRI SURYADI.

·ATIH dan ATIN (hanya 1 suku kata)

·ATIN SUPRIYANTI DAN ATIN SUPRIYATIN.

·ENDANG dan ENDANG S.

·IYAH dan IYAN.

·JAMALUDIN (dengan huruf yang sama persis muncul 2 kali) dan sama-sama lahir di Bogor.

·MAEMUNAH muncul dua kali.

·MAMAH dan MAMAN.

·MARIANA dan MARINA.

·MOHAMAD dan MUHAMAD (hanya 1 suku kata, masih ada 5 Mohamad/Muhamad lainnya yang memiliki nama panjang).

·NYAI saja tanpa ada embel-embel lain (masih ada 3 orang lain dengna nama Nyai sebagai nama depan).

·RODIAH 2 kali.

·ROHMAT dan ROHMATULLAH.

·SABAN dan SADAN.

·SAMAH, SAMAN BIN SAAN, SAMIH.

·SITI AMINAH dan SITI AMINAH MEILIA (dua-duanya tanpa NIK),

·YATI dan YATI B ARMAN.

Jumlah pemilih-pemilih tanpa NIK dan nama-nama janggal di atas, jika dijumlah mencapai 87 pemilih dari total 358 pemilih, atau sekitar seperempatnya, tepatnya 24,30%. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit. Sebab bila nama-nama itu bisa digunakan untuk memilih partai tertentu, jelas partai itu bisa muncul menjadi pemenang, setidaknya di TPS itu. Sebab jarang sekali ada partai yang bisa menang di atas 50% di suatu TPS, apalagi jumlah partai sekarang mencapai 12 partai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun