betapa sejuknya naik sepeda di pagi hari di sepanjang jalan di pinggir  selokan mataram dari daerah maguwoharjo hingga seturan, yogyakarta. apalagi di sekitarnya masih ada sedikit persawahan dan jumlah kendaraan bermotor tidak sebanyak setelah wilayah seturan ke arah barat. Satu hal yang mengganjal di hati saya adalah di sepanjang pinggir jalan tersebut penuh dengan sampah. ironinya ada beberapa papan tulisan tentang larangan membuang sampah di wilayah tersebut, namun tepat di bawah dan sekitar papan nama tersebut menumpuklah sampah-sampah berserakan. semakin hari sampah tersebut tidak semakin berkurang, demikian pula saat selokan tidak sedang ada airnya, di dasar selokan tersebut ternyata juga tidak kurang banyaknya sampah yang telah melekat dengan tanah. Sampah-sampah tersebut masih bercampur , tidak dipilah antara sampah organik dan anorganik.
tadi siang, saya masuk ke sebuah pasar tradisional di kota yogyakarta. saya sangat terkesan dengan upaya penyediaan tempat sampah di depan masing-masing penjual/pedagang (bisa dibayangkan berapa banyak tempat sampah di pasar tersebut) dengan dua tempat sampah yang digandeng , satu untuk sampah organik dan satu lagi untuk sampah anorganik. semua tempat sampah tersebut sama bentuk, ukuran dan penulisannya.  Sekian tahun yang lalu, saya melihat di pasar yang sama  terlihat  tumpukan sampah di depan pasar sering menggunung, sekarang tidak ada lagi. terlepas apakah semua orang yang ada di pasar tersebut telah memanfaatkan tempat sampah tersebut dengan baik atau belum, namun itu salah satu upaya yang patut diacungi jempol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H