Mohon tunggu...
rastri paramita
rastri paramita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ELPIJI NON-SUBSIDI (NANGKRING BERSAMA PERTAMINA)

9 September 2014   20:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat, 28 Agustus 2014, merupakan hari yang istimewa untuk saya, karena saya kembali mengikuti acara yang diadakan oleh Kompasiana setelah empat tahun lebih saya absen mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh Kompasiana.   Kali ini saya ditemani suami tercinta untuk mengikuti "nangkring bersama pertamina" yang mengangkat tema ElpijiNonSubsidi.   Letak tempat nangkring yang tidak jauh dari kantor, yaitu di Restoran Penang Bistro, di daerah Pakubuwono, membuat kami berdua cepat sampai di tempat sehingga masih leluasa memilih posisi duduk yang sekiranya strategis untuk dapat melihat narasumber (karena ada Farah Queen) dan strategi untuk dapat dilihat MC sehingga dapat dipilih dalam menjawab pertanyaan maupun dalam mengajukan pertanyaan.(konon kabarnya ada quis yang hadiahnya lumayan).

Karena datang lebih awal, maka saya memutuskan untuk segera melaksanakan solat Magrib terlebih dahulu sebelum antri panjang.  Dugaan saya benar, mushola restoran yang lumayan bersih masih lengang, hanya ada satu pria yang santun dan murah senyum yang telah melaksanakan solat lebih dahulu. Sekitar jam 18.30 WIB, MC yang dipandu mba  Citra mulai membuka acara dengan menyapa para tamu undangan dan mempersilahkan tamu untuk menikmati santap malam.  Menu Penang yang terhidang cukup menggiurkan dan mengenyangkan.

Setelah makan malam, MC kembali membuka acara dengan memanggil Lobow sebagai opening dari acara nangkring ini.  Setelah itu, barulah MC memandu ke acara inti dengan memanggil mas Heru (mas mbong) sebagai moderator acara nangkring untuk mengambil alih acara selanjutnya.  Mas mbong membuka acara diskusi dengan bercerita tentang pengalaman pribadinya yang ditolak oleh pedagang gas saat hendak membeli gas melon (gas 3 Kg) karena beliau saat itu sedang menelpon seseorang dengan I Phone 5.  Karena, menurut pedagang tersebut,  gas 3 Kg hanya diperuntukkan kepada konsumen yang kurang mampu.  Setelah bercerita, moderator memanggil narasumber untuk menempati tempat duduk yang disediakan, narasumber pertama yang dipanggil adalah Farah Quinn.  OMG, Farah ternyata lebih indah warna aslinya, dengan mengenakan sack dress biru tua keabu-abuan bermotif sederhana, membuat Farah terlihat sangat elegan.  Dan selang beberapa detik kemudian, narasumber kedua dipanggil, yaitu Bapak Adiatma Sardjito, Manajer Media Pertamina yang pada sore itu menggantikan Vice President Pertamina Bapak  Ali Mundakir yang berhalangan hadir karena ada acara talk show di MNC.  Saya sempat terkejut melihat Pak Adi, karena ternyata pria ramah yang saya temui di mushola adalah narasumber inti acara membincang elpiji non-subsidi.

1409820426781052689
1409820426781052689

(Lobow sebagai pembuka acara)                              (Saat Mba Citra memanggil moderator)

Acara membincang elpiji nonsubsidi diawali dengan cerita dari pengalaman Farah queen sebelum menjadi chef profesional, awal mula memasak menjadi passion dalam hidupnya yaitu dari kebiasaan membantu ibu memasak di dapur serta mengikuti kursus masak dengan ibu.  Masakan pertama yang Farah buat adalah agar-agar.  Saat menjalani study di Amerika, salah seorang teman sekamarnya menyadarkan Farah untuk mencoba menjadi chef profesional.  Dari situlah, Farah akhirnya mengambil study art pastry di Pittsburgh Culinary Institute, Pennsylvania selama dua tahun sebagai bekal menjadi chef profesional.  Farah juga berbagi cerita mengenai betapa beratnya bekerja di dapur profesional, dan keberhasilan Farah yang akhirnya dapat membuka restoran sendiri , yaitu "Camus" di Phoenix, Arizona.  Keberhasilan ini dibuktikan dengan adanya liputan mengenai Farah dan restorannya yang dimuat diharian cetak Arizona.  Keberhasilan inilah yang akhirnya mengawali karir Farah di dunia chef Indonesia.  Farah juga menceritakan bagaimana awal dia masuk ke dunia entertain Indonesia hingga berhasil terkenal sebagai chef yang memiliki ikon "this is it,....ala chef Farah Quinn".

Setelah Farah Quinn berbagai kisah perjalanan karirnya, mas Mbong mempersilahkan narasumber kedua, bapak Adi dari Pertamina, untuk masuk ke acara inti membincang elipijinonsubsidi. Pak Adi membuka diskusi dengan menjawab pertanyaan mas Mbong mengenai apa benar orang yang memiliki I Phone 5 tidak boleh membeli elpiji 3kg.  Pak adi menjelaskan bahwa elipiji yang dijual di pasar terbagi menjadi dua, yaitu elpiji yang disubsidi berupa elpiji 3 Kg (elpiji melon) dan elpijinonsubsidi berupa elpiji 12kg.  Elpiji 3 Kg memang ditujukan untuk konsumen yang kurang mampu dan UKM yang masih kategori kurang mampu karena ada unsur subsidi dari pemerintah.  Elpiji 3 Kg ini sebenarnya merupakan program pemerintah pada tahun 2006  sebagai program konversi minyak tanah ke gas elpiji.  Program ini cukup berhasil karena saat ini, pengguna elpiji 3 Kg mencapai 79% di Indonesia. Pak Adi juga menjabarkan mengenai beberapa bentuk LNG di Indonesia.  LNG C1 dan C2 merupakan bentuk LNG yang diekspor Indonesia ke Jepang dan Korea.  Sedangkan LNG C3 dan C4 merupakan LNG yang diimpor Indonesia karena kalorinya paling besar sehingga sesuai untuk masak karena cepat panas.  Hal ini dibenarkan oleh Farah Quinn bahwa memasak dengan gas elpiji memang lebih cepat panas dan lebih mudah diatur tingkat panasnya dibanding kompor induksi.

Selanjutnya Pak Adi menjelaskan bahwa Pertamina saat ini mengalami kerugian hingga Rp5,4 Triliun untuk penjualan elpijinonsubsidi yaitu elpiji 12kg.  Kerugian ini disebabkan harga keekonomisan elpijinonsubsidi lebih tinggi yaitu Rp 14.300 /kg dari harga jual elpiji tersebut yang hanya sebesar Rp 7.700/kg.   Harga jual elpijinonsubsidi di Indonesia termasuk terendah dibandingkan Filipina sebesar Rp24.000/kg, China yang sebesar Rp 17.000/kg - Rp 21.000/kg,  Jepang sebesar Rp 20.000/kg,  Skotlandia sebesar Rp17.000/kg, dan India memiliki harga jual Rp 12.600/kg.  Karena elpijinonsubsidi, maka selisih harga jual dengan harga keekonomisan ditanggung sendiri oleh Pertamina sebagai kerugian.

Pak Adi juga menjelaskan perihal Roadmap penyesuaian Harga Jual ELPIJI 12kg NonSubsidi, Sesuai surat Pertamina kepada Menteri BUMN dan ESDM No R oo4 tanggal 15 Januari 2014 .  Untuk mencapai perbaikan margin Elpiji 12 Kg, Pertamina mengusulkan kenaikan harga LPG 12 kg secara berkala:

14102405161606451167
14102405161606451167



Sehubungan dengan adanya agenda nasional Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 dan bertepatan dengan awal puasa, maka kenaikan harga elpiji 12kg yang sebelumnya diusulkan 1 Juli 2014 diubah menjadi pasca lebaran.

Pada kesempatan membincang elpijinonsubsidi ini sebenarnya menurut saya merupakan wadah bagi Pertamina mensosialisasikan mengenai akan adanya penyesuaian harga elpijinonsubsidi berkisar Rp 1.500/kg atau Rp 18.000 per tabung.   Penyesuaian ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang ditanggung Pertamina sekaligus sebagai langkah untuk mengurangi kerugian negara.

Mengapa Pertamina tidak langsung merubah harga jualnya ketika mengalami kerugian? hal dijelaskan oleh Pak Adi bahwa walaupun Pertamina BUMN yang profit oriented, namun ada beberapa hal terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikomunikasikan terlebih dahulu kepada pemerintah sebagai pemegang saham. Hal ini yang sedikit menggelitik saya terkait masalah kekayaan negara yang dipisahkan dalam keuangan negara.   Memang selama ini ada dua kubu jika membicarakan hal kekayaan negara yang dipisahkan.  Kubu pertama berpendapat, bahwa jika menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 2 huruf g, mengatur bahwa kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah.  Sehingga, penyertaan modal negara yang ada di BUMN merupakan bagian dari kekayaan negara, dan apabila BUMN mengalami kerugian dalam usahanya akan menjadi tanggungan negara.   Dalam menjalankan bisnisnya, BUMN dapat dikontrol oleh pemerintah. Sedangkan kubu kedua berpendapat bahwa jika dilihat dari sisi UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka seharusnya kerugian BUMN bukan menjadi tanggungan negara dan Direksi BUMN memiliki kewenangan penuh secara profesional dalam menjalankan perusahaan.  Kewenangan pemerintah hanya ada dalam RUPS. Tiap kubu memiliki konsekuensi hukum yang berbeda, jika pada kubu pertama, kerugian yang ditimbulkan BUMN adalah kerugian negara, sehingga bisa dikenakan pidana sesuai UU tentang Pemberantasan Tipikor.  Sedangkan pada kubu kedua, kerugian yang timbul merupakan kerugian usaha biasa dan dikenakan sanksi yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

14098215121106812316
14098215121106812316

Setelah sesi sharing dari narasumber, dilanjutkan ke sesi tanya jawab. Pertanyaan yang dilontarkan dari yang ringan hingga berat kepada kedua narasumber.  Pertanyaan yang ditujukan kepada Farah antara lain mengenai bagaimana Farah bisa terpilih sebagai pembawa acara masak memasak disalah satu stasiun TV, bagaimana Farah mencari inspirasi untuk membuat suatu masakan, dan mengenai regulasi yang berlaku di Amerika Serikat terkait  kelengkapan minimal yang ada dalam dapur profesional.  Sedangkan pertanyaan yang diajukan untuk Pak adi diantaranya tentang bagaimana Pertamina mengantisipasi beralihnya konsumen gas elpijinonsubsidi ke gas elpiji subsidi jika nantinya ada penyesuaian harga elpijinonsubsidi, lalu pertanyaan mengapa ada perbedaan harga yang cukup jauh antara harga elpiji di Indonesia Barat dengan Indonesia Timur, kemudian pertanyaan tentang pengawasan yang dilakukan oleh Pertamina terkait peruntukan elpiji subsidi yang tepat sasaran, juga pertanyaan tentang pengawasan terhadap pengoplosan gas elpiji subsidi menjadi gas elpijinonsubsidi yang masih terjadi saat ini.

Dalam kesempatan tanya jawab, Pak Adi memberikan penjelasan mengenai cara mengantisipasi peralihan konsumen gas elpiji 12kg ke elpiji 3kg, yaitu dengan SIMOL3K.  Simol3k merupakan Sistem Monitoring Penyaluran LPG 3kg yang memiliki maksud dan tujuan untuk memonitoring penyaluran elpiji 3kg dan mendukung program distribusi tertutup elpiji 3kg.  Yang menjadi latar belakang Simol3k adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun