Mungkin hal ini memang sudah menjadi penyakit yang sudah lama menyebar di kalangan masyarakat dimana mereka akan membeli sesuatu yang dilihat adalah dari harganya terlebih dahulu. Seakan persetan dengan kualitas asal budget tepat sasaran
Buku adalah salah satu hal yang juka terkena dampak 'penyakit' yang satu ini. Banyak sekali toko-toko yang menjual buku buku bajakan dengan alasan modal yang minim. Dan masyarakat kembali tentu akan membeli disana karena harga yang di tawarkan lebih murah dibanding buku originalnya. Bayangkan contoh buku mahakarya Pramoedya Ananta Toer yang berkisar 100 ribuan lebih, mereka bahkan menjualnya tidak sampai 50 ribu guna menarik minat pelanggan yang belum cukup duit
Hal ini tentu saja sangat merugikan pihak penulis dan penerbit, karena dengan adanya buku bakalan dengan harga rendah itu membuat peminat buku ori semakin rendah yang alhasil kesejahteraan penulis pun tidak dapat terpenuhi dengan baik
Yang lebih membuat kesal adalah ada orang hang secara sadar bahwa dia telah membeli buku bajakan tapi dia tidak mengakui kesalahannya. Biasanya orang seperti ini akan berargumen seperti
"yaelah, kan cuma buku"
Menurut anda mungkin begitu, Tapi bagi pencinta buku, hal ini sangatlah tidak benar. Coba dobalik misalnya anda adalah seorang pemain sepak bola. Dan tiba-tiba ada yang meremehkan olahraga itu karena menganggap olahraga itu hanya sekedar soalan menendang, mengoper dan menangkap bola. Tentu saja anda akan merasa kesal karena menurut anda salam sepak bola ada strategi yang harus di jalankan agar bisa menang. Mungkin seperti itu juga yang dipikirkan oleh penikmat, penulis dan penerbit buku yang anda beli bajakannya itu
Ada juga yang berargumen
"Mereka (penulis & penerbit) itu sudah kaya, ngapain kita memperkaya orang itu lagi?)Â
Heyyy, setidaknya kita memperkaya orang yang memiliki karya. Mereka terus bekerja siang malam untuk menyelesaikan karyanya. Coba jika anda membeli buku dari pembajak. Anda malah memperkaya orang yang bahkan tidak ada kontribusi pada penciptaan karya yang telah ia bajak!!Â
Be smart people!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H