PETA POLITIK KAMPUS
H-3 MENJELANG PEMIRA PRESMA dan WAPRESMA UNIB
(Pemilihan umum raya presiden dan wakil presiden mahasiswa Universitas Bengkulu)
Perhelatan akbar demokrasi kampus akan dilaksanakan kurang lebih 3 hari lagi, di universitas ku tercinta, universitas Bengkulu, menyongsong sebuah kenyataan bahwa kampus sudah layak disebut sebagai miniatur sebuah Negara, yang bersatu dalam semua keberegaman (pluralitas) entitas-entitas, sehingga menjadi relevant ketika mahasiswa telah berani berotonom terhadap kegiatan-kegiatan yang berbau politik misalnya, seperti layaknya percaturan politik masyarakat sipil dan pemerintah, ada mekanisme-mekanisme yang menjadi kualifikasi untuk dapat melakukan kegiatan politik, salah satunya adalah pemilu atau pemilihan umum, baik itu pilpres, pilgub, pilwakot,pilbup, even pada unit terkecil tataran pemerintahan yaitu pilkades, maka mahasiswa pun memilki kebanggan tersendiri dalam melakukn kegiatan politik kampus, yaitu PEMIRA PRESMA dan WAPRESMA, pemlihan umum raya presiden dan wapres mahasiswa, bukan main lagi namanya, bisa kita lihat betapa kuat legitimasi yang dimiliki oleh seorang presma nantinya, ia yang akan memimpin seluruh angkatan dikampusnya, jauh sangat dari kepemimpinan seorang dekan, rector, pembantu dekan bid.kemahasiswaan, ataupun pembantu rector bidang kemahasiswaan yang hanya dipilih oleh perwakilan (senator) yang jumlahnya jauh sekali dibanding jumlah mahasiswa yg ikut pemira, maka jangan heran kalau mahasiswa punya powerful tersendiri untuk dapat menggulingkan kepemimpinan seorang rector,dekan,pd 3 atau pr 3, dengan dalih legitimasi yang tidak terlalu mengakar, sampai sekarang rasanya memang belum menjadi pembicaraan hangat mengenai isu pemgankatan/pemilihan rector dikembalikan ketangan mahasiswa, wah apa jadinya nanti, tidak dapat saya menduga-duga kemungkinan2 yang akan timbul.
Pemira di UNIB (universitas Bengkulu) melibatkan mahasiswa secara langsung sebagai pihak pengelola pemira itu sendiri, ada KPU (komisi pemilihan umum), P2PEMIRA (panitia penyelenggara pemilihan umum raya), dan PANWASLU (panitia pengawas pemilu), ketiga instansi ini memiliki garis koordinasi dan instruksi satu sama lain yang akan mengarahkan mereka ke sukes nya pemira, mereka paham akan tugas dan fungsi masing2 hingga diharapkan kemudian tidak akan terjadi miss-communication antara KPU dan P2PEMIRA misalnya, mereka yang terlibat didalamnya dituntut untuk mempertahankan independensi agar tak bertendensi pada satu pihak, harus netral.
Rabu tanggal 28 desember 2011, pemira akan dilangsungkan, dengan beberapa titik tempat pengumpulan suara , sebelum2nya sudah didahului oleh beberapa agenda besar,seperti kampanye dan debat kandiidat, layaknya seorang calon walikota, kedua pasang calon yang terseleksi pada saat verifikasi memasang spanduk, menempel pamflet, atau berbagi stiker (tentu saja kecil kemungkinan ada bagi duit_kere.com), dengan topangan masing2 team sukses, merela bersaing secara sehat untuk dapat memperebutkan hati para pemilih di masing2 fakultas, pasangan pertama (REDHO BERLIAN dan MARIO) berasal dari fakultas hukum dan ekonomi, sedangkan pasangan bernomor urut dua (HENDRA IRAWAN dan AGUS TAIFUR) merupakan mahasiswa FKIP dan Pertanian, apabila dilihat dari basis masa yang mengusung kedua pasang calon ini (pun juga kalkualasi mahasiswa dikedua fakultas) pasangan bernomor urut dua memiliki kans yang besar untuk menang, tapi hal itu tdk mutlak adanya, masih banyak factor x yang mungkin bakal terjadi ketika hari-H , salah satunya adalah tingginya angka golput, ada banyak latar belakang yang akan menyebabkan tingginya angka golput pada saat pemira nanti, slah satunya adalah : kurangnya sosialisasi dari team pemira (KPU n P2PEMIRA), masih banyak mahasiswa yang tidak tahu bahkan tdk pahan apa pemira itu, mereka tdk familiar akan agenda2 kpu, walaupun sapnduknya terpampang besar dimana2, tapi hanya berupa pesan2 tak bermakna,yang tak mereka pahami existensinya. Namun tdk juga bisa disalahkan secara utuh kinerja kpu maupun p2 pemira, tapi memang peta perpolitikan di kampus unib belumlah sehangat di universitas lain, mahasiswanya masih memilih untuk tdk terjun keranah2 organisasi karna terdoktrinisasi oleh paham2 konservatif (he..) yang beranggapan bahwa ormawa hanya akan membawa kepada keabadian status sebagai mahasiswa (lama tamat-red), maka wajarlah masih bnyak mahasiswa yang tidak tahuand even tdk mau tahu ttg pemira dsbg
Belum lagi factor2 lain yang akan memperparahjumlah pemilih yang tdk menggunakan hak pilihnya, sehingga jika hanya sekian persen dari total keseluruhan mahasiswa unib yang ikut pemira, dikhawatirkan legitimasi terhadap presma terpilih akan sangat minimalis,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H