Mohon tunggu...
Rasno Shobirin
Rasno Shobirin Mohon Tunggu... -

Cuma anak nelayan, Kampunglaut, Pulau Nusakambangan...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yuk Berwisata ke Kampung Laut...

6 September 2010   08:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apabila Anda suka berpetualang atau sekedar menghilangkan penat, Anda bisa mengunjungi tempat yang cukup eksotis di salah satu laguna terbesar di Indonesia yang masih menyimpan rimbunan hutan Mangrove dan merupakan satu-satunya hutan mangrove yang masih ada di kawasan Asia, yaitu Laguna Segara Anakan yang terdapat di Kampunglaut, salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap.

Kampunglaut adalah nama sebuah kecamatan yang berada di sebelah ujung barat Pulau Nusakambangan. Tepatnya di Desa Klaces. Kampunglaut terdiri dari empat kelurahan atau desa. Masing-masing adalah: Desa Ujungalang, Ujung Gagak, Panikel, dan Klaces yang menjadi kecamatan Kampunglaut.

Kampunglaut dapat ditempuh melalui darat dan laut. Jika melalui darat, maka bisa menggunakan jalur dari pelabuhan penyebrangan Tanjung Intan atau Pelabuhan Batre yang menuju ke Pulau Nusakambangan. Jaraknya sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor. Adapun jalur laut dapat menggunakan Compreng atau Jungkung. Compreng merupakan kapal trayek dengan muatan orang kurang lebih 20 penumpang. Jika hendak ke Kampunglaut, kita bisa menggunakan Compreng tersebut dengan jarak 1,5-2 jam dari Pelabuhan Seleko Cilacap.

Dari Pelabuhan Seleko menuju ke Kampunglaut Anda akan melintasi sepanjang kaki bukit Pulau Nusakambangan serta perairan Laguna Segara Anakan. Di kapal Anda akan melihat pula eloknya hutan bakau yang tumbuh di kawasan Segara Anakan. Anda juga akan melewati sebuah Desa sebelum sampai di Kampunglaut (Desa Klaces), nama desanya adalah Desa Ujungalang.

Desa Ujungalang merupakan desa yang terbesar dari empat desa yang ada di Kampunglaut. Kira-kira penduduknya sekitar 1500 jiwa atau 375 kepala keluarga (KK). Selain desa Ujungalang, ada juga Desa Ujung Gagak/Karanganyar. Jarak desa Ujung gagak dari Ujungalang sekitar 45 menit dengan menggunakan Compreng atau Jungkung. Ujunng Gagak merupakan desa yang ini saat sudah menyatu dengan Kota Cilacap denagan melalui daratan Bantarsari. Meski sudah menyatu dengan daratan Cilacap, Ujung Gagak tetap masih kesulitan air. Hal ini karena Ujung Gagak letaknya yang menjorok ke utara dari Pulau Nusakambangan sehingga sangat kesulitan untuk akses air bersih.

Masyarakat yang menempati Kampunglaut merupakan warga asli yang konon merupakan keturunan dari prajurit Mataram Yogyakarta. Dari beberapa literatur yang ada, masyarakat setempat masih memiliki ikatan darah dengan Keraton Mataram. Sejarah ini berawal ketika zaman penjajahan Belanda dimana prajurit Mataram yang berperang melawan Belanda di kawasan Pulau Nusakambangan.

Sang Penjaga Laut

Jangan heran apabila ketika kita di Kampunglaut sering mendengar kata Mbah Jaga Laut. Nama ini memang sangat berpengaruh bagi masyarakat Kampunglaut dan sekitarnya karena memiliki histori yang sangat penting. Mbah Jaga Laut. Dari namanya saja sudah bisa ditebak. Mbah itu diambil dari seorang yang sudah sepuh/ tua. Jaga Laut berarti Sang Penjaga Laut. Konon masyarakat percaya bahwa keberadaannya di kampung yang dikelilingi laut itu ada yang menjaganya, salah satunya ialah Mbah Jaga Laut. Sebagai bentuk syukur atas ketenangan laut di kawasan Segara Anakan, maka pada setiap tanggal 1 Syuro’ atau 1 Muharam, masyarakat Kampunglaut melakukan upacara Sedekah Laut yang dilaksanakan pada Jum’at Kliwon.

Kampung Seafood dan Desa yang Unik

Di antara keempat desa, Ujungalang merupakan desa yang memiliki sejarah unik dan penuh makna. Ujungalang berada tepat di tengah-tengan Laguna Segara Anakan Cilacap. sebelah utara Pulau Nusakambangan. Mata pencaharian masyarakat Ujungalang dan Kampunglaut pada umunya adalah nelayan dan sebagian lagi bertani.

Menurut keterangan para sepuh di Ujungalang, masyarakat yang tinggal di Ujungalang selalu menggunakan istilah tempat tinggalnya dengan: turu kampilan banyu, selimutan barat. Artinya tidur bantalan air, selimutkan angin. Ya, secara historis memang Ujungalang berada di tengah-tengah laut yang pada awalnya adalah menempati rumah-rumah panggung di atas air. Namun, seiring perubahan waktu dan terjadinya proses sedimentasi yang teru-menerus dengan jumlah yang sangat tinggi mencapai puluhan kubik meter persegi setiap tahunnya menjadikan kawasan Segara Anakan mulai dangkal dan pada akhirnya masyarakat tidak lagi menepati rumah-rumah panggung, melainkan rumah-rumah permanen.

Dinamakan Ujungalang karena desa Ujungalang berada dalam keadaan malang-malang (melintang). Desa Ujungalang sering disebut juga Mutean. Mutean ini ada beberapa versi. Pertama, Mutean berasal dari kata Mutiara. Karena dulu memang di kawasan Kampungkaut banyak simping dan kerang tempat dimana mutiara terdapat. Versi kedua ialah Mutean berasal dari kata Mutih. Dimana dulu ada sekelompok kiyai dari Jepara yang singgah di Ujungalang dan berakhir di Goa Masigit Sela Nusakambangan.

Di Kampunglaut, apabila bila kita berkunjung ke Ujungalang, kita bisa menikmati seafood yang kaya akan proten dan gizi yang sangat tinggi. Mulai dari kerang Totok (jenis kerang lumpur), kepiting, udang dan ikan belanak yang merupakan khas hasil tangkapan nelayan setempat.

Ada juga ikan asin yang tanpa bahan pengawet sedikit pun. Karena memang pengasinannya 100% mengguankan garam. Wajar kalau ikan asin belanak yang ada di sana sangat asin, hal itu agar minyak ikan belanak yang terkandung tidak hilang. Serta menjaga gizi dan protein ikan agar tetap ada.

Menyusuri Goa-Goa

Di samping wisata kuliner seafood dengan berbagai ikan, udang kerang dan kepiting, di Ujungalang juga kita bisa berjalan-jalan ke bebrapa Goa yang ada di Nusakambangan, diantaranya Goa Masigit Sela, Goa Semar, Goa Batu Lawang, Goa Maria, Goa Pintu Gerbang dll. Di sana kita bisa menikmati kelapa muda dengan harga yang sangat ekonomis, Rp 1000 per buah. Menghilangkan dahaga dengan harga yang cukup murah, bukan? Sedangkan di Goa Masigit Sela, kita bisa melihat tempat-tempat yang pernah disinggahi oleh mantan Presiden Sukarno dan Presiden Suharto serta melihat peninggalan Kiyai-Kiyai dari Jepara di Goa Masigit Sela.

Goa Masigit Sela banyak dikunjungi oleh masyarakat di luar Kampunglaut. Ada yang dari Indramayu, Kuningan, Cirebon dan sebagainya. Goa Masigit Sela begitu identik dengan ’pesugihan’. Tidak heran apabila pada hari-hari tertentu atau bulan-bulan tertentu, Goa ini banyak dikunjungi masyarakat luar Kampunglaut.

Keindahan Pulau Nusakambangan dapat dilihat dengan kasat mata. Dan kita bisa menginjakkan kakinya di sana untuk menghirup udara segar. Terlebih kawasan Nusakambangan dan sekitarnya masih sangat hijau dan alami.

Di Ujungalang, jangan khawatir barang-barang bawaannya hilang atau dicuri orang, karena di Ujungalang tidak ada maling, copet, apa lagi perampok. Di sana, satu rumah dengan rumah lain, satu orang dengan orang lain sudah seperti keluarga sendiri. Tidak ada rasa saling curiga, tidak ada ancaman dan lain-lain. Sebagai tambahan informasi, apabila kita sampai di Ujungalang, seorang tamu tidak diperbolehkan langsung istirahat terutama tidur setelah perjalanan jauh. Hal itu dianggap sebagai pantangan bagi tamu karena konon, ada seorang tamu yang datang ke salah satu rumah di Ujungalang yang langsung istirahat kemudian meninggal dunia. Sehingga, masyarakat menjadikannya sebagai sebuah ’peringatan’.

Nah, mumpung lebaran sebentar lagi, ayo berwisata ke Kampunglaut Pulau Nusakambangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun