Setelah menunggu hampir setahun untuk panen kopi, namun setelah panen kopi  banyak keluhan yang diucapkan oleh petani kopi pada tahun 2023. Petani kopi sangat terpuruk dengan keadaan panen kopi pada tahun ini, mereka banyak mengatakan bahwa faktor utama penyebab menurunnya produksi pada tahun ini oleh keadaan iklim yang tidak stabil.
Menanggapi keluhan tersebut kami mencoba mengadakan observasi lapangan keberapa kelompok tani hutan (KTH) melihat dan mengamati langsung apa yang sedang terjadi di anggota KTH dalam melakukan budidaya kopi.
Pengamatan dilakukan tiga tahapan, tahan pertama pada tanggal 10-11 mei 2023 dengan cara mendatangi pelaku utama dan pelaku usaha serta tokoh masyarakat disekitar hutan.Â
Yang menjadi tim obserbasi adalah KPH Liwa dan Badan Riset dan inovasi Nasional (BRIN). Tim bekerja dengan cara mendatangi langsung kepada masyarakat dan kebun-kebun kopi yang ada disekitar kawasan hutan lindung register 45 B Bukit rigis.
Tahap ke dua pada tanggal  21-27 mei 2023 tim melakukan observasi langsung kepada pelaku utama yaitu pengurus kelompok tani hutan. Pada tahap ini tim melakukan observasi kepada 6 kelompok tani hutan (KTH) yang terdiri dari 5 KTH generasi pertama yang telah melakukan kegiatan pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) selama 23 tahun (2000- 2023), KTH tersebut yaitu : Bina Wana, Mitra Wana Lestari Sejahtera (MWLS), Setia Wana Bhakti, Rigis Jaya II dan Rimba Jaya dan 1 KTH generasi baru yang baru mendapatkan ijin pemegang pengelolaan perhutanan sosial selama 3 tahun (2019-2023) yaitu KTH Abung Sejahtera.Â
Metode observasi pada tahap kedua yaitu dengan cara mendatangi ke KTH-KTH dengan melakukan interview kepada 7 orang pengurus dan anggota  KTH dan langsung mengamati kebun kopi yang dikelola oleh KTH.
Tahap ketiga pada tanggal 10-17 juli 2023, pada tahapan ini tim melakukan observasi kepada 2 KTH yaitu KTH Bina Wana dan KTH MWLS.Â
Metode yang dilakukan oleh tim adalah interview 30 anggota dimasing-masing KTH dan pengambilan 13 sampling dikebun anggota KTH ada 2 sampling dikebun milik masyarakat (APL) dengan ukurang sampling 20 x 20 meter.Â
Jadi jumlah yang di interview dari 2 KTH sebanyak 60 orang dan sampling kebun yang diambil 26 kebun kopi milik anggota KTH dan 4 kebun kopi milik warga masyarakat.