Beberapa hari yang lalu, Farah (sebut saja begitu) yang baru berumur sekitar tiga tahun-an bersama teman-teman sebaya terlihat asyik bermain di teras rumah. Anak-anak bermain didampingi oleh ibunya masing-masing, biasalah ibu-ibu sambil mengasuh anak-anak bumbunya apalagi kalau bukan, (maaf) ngomong sana ngomong sini tak karuan. Ketika terdengar suara khas dari penjual es krim keliling, tiba-tiba Farah merengek kepada ibunya untuk dibelikan es krim. Sementara anak-anak lain asyik dengan mainan masing-masing.
Sang ibu tampaknya tak me-respon permintaan Farah. Pertimbangan utamanya adalah kondisi si Farah yang sedikit agak panas alias agak demam. Farah menangis dan berguling-guling dan sang ibu tetap pada pendiriannya. Namun tidak disangka si Farah langsung lari menuju si Mas (abang) penjual es krim yang ngetem di depan rumahnya. Mas (abang) penjual es krim pun menunggunya dengan sabar dan berkeyakinan bahwa ibu dari anak tersebut akan membeli es krimnya. Sang ibu bergegas menyusul buah hatinya tersebut, dan mencoba meyakinkan bahwa kalau Farah makan es krim maka akan tambah sakit.
Usaha dari sang ibu tidak berhasil juga, Farah menangis semakin keras. Mas penjual es krim masih saja menunggu, memanfaatkan kesempatan yang ada tersebut dengan harapan sebuah "kemenangan" ada padanya. Melihat si Mas penjual es krim yang asyik memanfaatkan situasi tersebut, sang ibu Farah akhirnya mengeluarkan jurus andalan agar sang anak betul-betul mengurungkan permintaannya. Sang ibu mengatakan kepada Farah bahwaes krim itu tidak enak dan rasanya agak pahit. Mendengar kalimat seperti itu tanpa basa basi sang penjual es krim pun langsung meninggalkan lokasi dengan seribu luka di hatinya.
Suatu ketika Farah mendengar kembali suara khas dari sang penjual es krim tersebut, dan meminta ibunya untuk membelikan es krim tersebut. Karena demam Farah sudah sembuh maka ibunya memenuhi permintaan anak kesayangannya itu. Namun diluar dugaan sang ibu harus kembali ke rumah tanpa membawa es krim harapan anaknya. Apa sebabnya, sakit hati sang penjual es krim masih sangat membekas. " Maaf bu, ibu dilarang membeli es krim yang tidak enak dan pahit ". Hanya kata-kata itu yang bisa terucap dari sang penjual es krim keliling, sembari mengayuh gerobak es krimnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H