Setiap orang di dunia ini memiliki keunikan masing-masing, salah satunya dalam hal kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks, sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin (2000) “Personality represent those characteristic of the person that account for consistent pattern of feeling, thinking and behaving.”Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berfikir, dan bertingkah laku.
Kepribadian seseorang dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu Introvert, Extrovert, dan Ambievert. Pembagian ini dicetuskan oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya yang berjudul Psychologische Typen. Buku ini menjelaskan bahwa secara umum, pribadi yang Extrovert mendapatkan gairah atau energi dari interaksi sosial. Extrovert biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Sementara Introvert, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri. Biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih peduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri. Di antara kecenderungan ekstrem Introvert dan Extrovert, terdapat Ambievert yang merupakan kepribadian penengah antara Extrovert dan Introvert. Meskipun terdapat perbedaan yang kontras antara Introvert dan Extrovert, Carl Jung menganggap bahwa jarang terdapat manusia yang sepenuhnya Extrovert atau Introvert (Carl Jung, 1921).
Menurut F. G Robbin dalam Sumadi Suryabrata (2003), hal-hal yang memengaruhi kepribadian seseorang antara lain : sifat dasar, lingkungan, lingkungan prenatal, perbedaan individual, dan motivasi. Sifat dasar terbentuk pada saat konsepsi yaitu saat terjadi pembuatan benih. Sifat dasar yang masih murni merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh ayah atau ibunya. Lingkungan dalam konteks ini tidak menentukan secara mutlak tetapi membatasi dan mempengaruhi proses sosialisasi manusia. Di lingkungan prenatal, individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Selain itu, motivasi juga memiliki peranan penting sebagai pembentukan kepribadian.
Dalam pembahasan ini, faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang yang akan dibahas adalah faktor lingkungan yang mana perubahan kepribadian seorang Introvert sangat terpengaruh oleh faktor lingkungan. Lingkungan mengambil peranan penting karena merupakan pembatas/petunjuk dalam proses sosialisasi manusia. Dengan adanya pembatas yang mendukung untuk bersosialisasi. Seorang Introvert akan tergerak untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Salah satu lingkungan yang mendukung seseorang untuk berinteraksi sosial adalah Islamic Boarding School.
Islamic Boarding School erat kaitannya dengan pondok pesantren dan Boarding school. Secara umum, Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, di mana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya. (Zahra A. K. , 2008:145)
Dalam kehidupan berasrama di MAN Insan Cendekia, para siswa disatukan dalam satu tempat yang menjadi tempat hidupnya sehari-hari. Meskipun demikian, penggabungan siswa dipisahkan menurut jenis kelamin. Hal ini didasarkan dari konsep islami dari sistemnya. Di asrama, peserta didik dibagi menjadi 6 anak per kamar dan disatukan antara siswa jurusan IPS dan IPA. Hal ini bertujuan untuk membuat para siswa saling berinteraksi tanpa memandang perbedaan sebagai penghambat interaksi tersebut.
Kehidupan berasrama memacu siswa untuk saling berinteraksi karena mereka tinggal dalam satu tempat yang sama, yang memungkinkan terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya. Akulturasi dan asimilasi budaya yang sering terjadi di lingkungan asrama salah satunya adalah Bahasa. Bahasa merupakan faktor dalam memengaruhi perubahan kepribadian siswa Introvert. Mereka akan mudah menyesuaikan diri karena bahasa yang digunakan berasal dari proses sosialisasi para siswa di asrama sehingga lebih terkesan familiar dan akrab. Dengan demikian, siswa Introvert akan mudah dalam berinteraksi sosial dengan sesamanya.
Sementara itu, teori Hierarchy of Needs menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motivasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan (Abraham Maslow, 2014). Oleh karena itu, seseorang pasti menginginkan eksistensi dirinya dalam lingkungannya. Misalnya, ketika seseorang di lingkungan sekolah reguler adalah seorang pendiam yang tertutup. Ia akan tidak dikenali dan kurang dianggap dalam pergaulan sehingga menyebabkan dirinya merasa tidak berguna dalam lingkungan sekolahnya. Dalam kehidupan berasrama, siswa yang pendiam tersebut akan dianggap dalam pergaulan karena pada dasarnya lingkungan berasrama yang berkonsep islami menerapkan prinsip kekeluargaan. Contoh dari implementasi dari prinsip kekeluargaan pada Islamic Boarding School itu sendiri yaitu ketika sholat shubuh, para siswa saling membangunkan temannya untuk bangun agar melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Hal ini akan membuat siswa yang pendiam menjadi merasa dianggap dan dikenali melalui kegiatan saling membangunkan tersebut. Maka dari itu, siswa yang pendiam merasa dikenal dan dianggap dalam lingkungan pergaulan di asrama sehingga kepribadiannya yang semula tertutup menjadi lebih terbuka.
Selain itu, faktor kebutuhan juga memengaruhi intensitas dalam berkomunikasi antar siswa. Siswa akan saling tolong menolong dalam pemenuhan kebutuhan sekolah dan asrama sehingga pada proses ini akan terjadi interaksi sosial. Kesulitan memenuhi kebutuhan bulanan di Islamic Boarding School adalah hal yang wajar karena siswa tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan asrama setiap hari sehingga mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan harus meminta tolong kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan bulanannya. Hal tersebut juga berlaku terhadap siswa berkepribadian Introvert yang sedang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan. Siswa Introvert akan mencoba berkomunikasi dengan siswa lain karena mereka tahu jika mereka tidak berkomunikasi, setiap kebutuhan mereka akan sulit tercapai. Karena berbagai faktor tersebut, Islamic Boarding School menjadi solusi dari siswa Introvert agar memiliki kepribadian yang lebih terbuka serta memiliki karakter yang mulia.
Peran kurikulum 2013 juga sangat penting. Kurikulum 2013 menerapkan pendidikan berkarakter yang menerapkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, siswa diharapkan agar aktif dalam pembelajaran baik dalam berdiskusi atau presentasi. Siswa Introvert dapat mengimplementasikan perubahan kepribadiannya melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Karena itu, kolaborasi antara Islamic Boarding School dengan kurikulum 2013 sangat tepat sebagai pembentukan kepribadian yang berkarakter serta terbuka.
PUSTAKA :