Mohon tunggu...
Riri Asrhy
Riri Asrhy Mohon Tunggu... -

tulislah apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang, tidak harus secepatnya berguna, tapi suatu saat nanti pasti akan berarti ---

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pegawai RS yang tidak paham penggunaan BPJS, salah siapa?

31 Juli 2015   15:11 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:06 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

Untuk pertama kalinya dalam hidupku untuk di rawat inap di RS karena masalah kesehatan yang cukup serius. Karena mengalami fraktur cruris tibia fibula, aku harus di operasi. Namun, fatalnya, aku belum membuat jaminan kesehatan sehingga mau tidak mau aku harus membayar sebagai pasien umum sembari keluargaku menguruskan jaminan di BPJS kesehatan. Berharap kelak kartu itu bisa aku gunakan untuk kontrol setelah operasi.

Dua minggu setelah operasi kartuku sudah jadi dan aktif menurut peraturan baru BPJS. Dimana peraturan lamanya adalah kartu aktif setelah 7 hari dari waktu pembayaran dan peraturan barunya adalah kartu aktif setelah 14 hari dari waktu pendaftaran dan bisa langsung aktif tanpa menghitung lagi 14 hari dari waktu pembayaran. Juga, BPJS telah meluncurkan program e-ID untuk peserta BPJS untuk memudahkan peserta tanpa perlu mengantri lebih lama di kantor BPJS.

Penjelasan itu aku dapatkan langsung dari teman yang bekerja di BPJS. Maka dengan percaya diri aku berani ke rumah sakit untuk melakukan pendaftaran dengan e-ID yang diprintkan oleh temanku dari Surabaya. Saat di loket pendaftaran, pegawai rumah sakit mengatakan pada kami untuk memfotokopi dahulu e-ID sebelum didaftarkan di bagian poli di lantai 2. Setelah di fotokopi, kami segera ke loket poli lantai 2. Di sana pegawai loketnya menyuruh kami fotokopi lagi berkas-berkas lain seperti rujukan dan surat kontrol serta ktp. Setelah di fotokopi, setelah naik turun tangga, petugasnya malah bilang kalau kartu ini belum aktif. Sebab, di bagian barcode tertera tanggal 29 juni 2015 dan dinterpretasikan oleh petugas sebagai tanggal bayar jadi kami harus menunggu 14 hari lagi. Padahal sesuai peraturan baru, tanggal tersebut adalah tanggal aktif kartu. Dan alasan kedua adalah karena e-ID hanyalah kartu sementara padahal sesuai peraturan BPJS kegunaan e-ID sama saja dengan kartu BPJS yang fisik.

Mengalami pelayanan semena-mena dengan menggunakan jaminan adalah hal yang sudah saya bayangkan, namun mengalami langsung kejadian tersebut ternyata terasa sangat menyebalkan. Lebih menyebalkan ketika minggu depan di loket yang sama (setelah menanyakan kepastian di BPJS center RS) kartu saya ternyata sudah aktif sejak tanggal tertera (itu artinya minggu lalu sudah bisa dipakai) dan sudah bisa digunakan. Sayangnya si bapak-bapak yang menolak kami itu tidak ada. Biar dia melihat dan menyadari kalau dia keliru dan sepertinya sengaja agar kami membayar sebagai pasien umum.

Terkadang, kita sebagai pasien yang tidak tahu menahu prosedur pendaftaran dengan menggunakan jaminan kesehatan akan menjadi kesal bila pelayananannya ternyata membuat kita harus naik turun tangga berkali-kali, parahnya bila akhirnya ditolak. Pelayanan kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan juga seharusnya menomorsatukan keramahan. Bukankah kita yang menggunakan BPJS itu juga membayar setiap bulan, tidak sepenuhnya gratis, yang ujung-ujungnya juga dinikmati para pekerja di pelayanan kesehatan. Bahkan saat kita tidak sedang sakit, kita tetap membayar iuran. Lalu mengapa para pelayan kesehatan di pelayanan kesehatan masih suka bersikap jutek dan semena-mena?

Seandainya saja mereka ramah dan santun seperti yang di wajibkan pada pelayan kesehatan, biarpun disuruh bolak-balik kita tidak akan merasa kesal sebab disambut dengan senyum dan kemurahan hati. Namun, jika pelayan kesehatan berkata dengan ketus dengan tatapan sini dan senyum yang tak tampak sebab ditutupi dengan masker, siapa yang tidak kesal?

Saya pernah mengikuti tes pegawai di rumah sakit, namun saya ditempatkan di loket. Saat itu saya menolak karena saya tahu bekerja di loket tidak semudah menyambut tamu di pintu depan (dan tidak sesuai keinginan saya). Loket tempat para pasien mengumpatkan kebingungan dan kekesalannya. Namun, saat mengalami kejadian ini saya sadar bahwa kesalahan bukan hanya ada pada pasien yang kurang mengerti alur pendaftaran, tapi juga terletak pada para pegawai di loket yang tidak ramah, ketus, dan tidak up to date terhadap informasi terbaru.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun