Ini hanya berbagi cerita sih.
Jadi sejak balik ke Jayapura, saya membawa serta timbangan berat badan yang membantu dan menemani saya dalam penelitian. Sejak kedatangan si timbangan, ia sudah melakukan tugasnya sebagai timbangan, yaitu menimbang berat badan. Namun saya kasihan, sebab ia selalu dipersalahkan ketika angka yang ia munculkan di layar tidak sesuai dengan keinginan si pemilik berat badan.
“Ah, salah nih timbangannya!”
Si timbangan elus-elus dada.
“Perasaan kemarin cuma sekian kilo, kok sekarang jadi segini kilo? Salah nih timbangannya!
Si timbangan hanya nyengir. Ini apa adanya loh, katanya.
“Apaaa? Segini kilo? Salah nih timbangannya!
Sabaar.
Berbeda sekali dengan keikutsertaannya dalam penelitianku. Timbangan selalu menjadi benda yang sangat berguna dan tak jarang ia mendapatkan ucapan terima kasih. Karena kebanayakan orang-orang atau sampel penelitianku membutuhkan pengetahuan tentang kondisi berat badan mereka, juga sedikit nasehat agar berat badan mereka tidak mengakibatkan masalah pada kesehatannya.
Lalu, adik saya tiba-tiba masuk ke kamar.
“Kak, mau nimbang nih. Perasaan udah gede bener nih badan,” katanya sambil memijakkan kakinya di atas timbangan. Semenit kemudian, ia berseru,”OhmyGod! Ini sudah naik sekian kilo, apalagi besok. Harus dieet!” Adik saya meratapi hasil timbangan berat badannya dengan sedih.
Di Jayapura, sudah menjadi tradisi sejak entah zaman kapan, ada semacam tradisi silahturahmi atau open house every house (?) pada hari-hari raya. Misalnya pada Hari Lebaran, setiap rumah yang merayakan hari lebaran akan membuka rumahna untuk menerima tamu, baik saudara, kerabat, maupun mungkin hanya teman say hi di kantor, kampus, atau sekolah. Baik itu seagama maupun beda agama. Istilahnya disebut PeTa singkatan dari Pegang Tangan atau silaturahmi. Dan pada Hari Natal, maka giliran umat Kristiani yang melakukan hal tersebut.
Pada setiap rumah kenalan yang dimasuki biasanya dihidangkan aneka suguhan, mulai dari makanan ringan (kue-kue kering dan minuman bersoda) hingga makanan berat (daging dan lain-lain). Itulah mengapa adik saya shock berat melihat hasil timbangannya yang sudah cukup membuat pipinya seperti kue bakpao, apalagi setelah pergi PeTa besok? Hahah
Ia pun keluar dari kamar saya, setelah mengucapkan terima kasih.
“Kak, akhirnya bener juga nih timbangan kak. Makasih ya!”
Aku tersenyum melihat timbangan yang juga tampak lega. Ia senang karena kegunaannya disadari. Bukan sebagai benda yang menakutkan bagi setiap wanita (BB is important) yang selalu disalahkan jika angkanya agak over dari perkiraan, tapi sebagai benda yang akan selalu mengingatkan kita untuk menjaga berat badan/menurunkan berat badan/menaikkan berat badan. Sebab, beberapa penyakit serius memiliki keterkaitan dengan berat badan, misalnya diabetes melitus.
Okey, keep Healthy!!
Tasangkapura, 24 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H