Mohon tunggu...
Ras Hoedha
Ras Hoedha Mohon Tunggu... -

Aku ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Mendaki Gunung Lawu

21 September 2014   16:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:02 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14112674361358011241

Malam itu hawa dingin menyengat kami berempat dan para pendaki gunung Lawu yang terletak di Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur. Kami berangkat dari Ponorogo jam enam malam dan tiba di Cemoro Sewu sekitar jam delapan malam sambil mengarungi dinginnya kota Magetan. Malam itu kebetulan malam minggu tanggal 14 September 2014, tak heran animo pendaki gunung Lawu begitu banyak. Baik laki-laki maupun perempuan dari belahan daerah manapun tumplek blek prepare di Masjid setempat. Sebelum berangkat mendaki, biasanya para pendaki sholat di Masjid dan berdo’a agar diberi keselamatan dan kekuatan dan sampai puncak dengan selamat.

Gunung Lawu merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa dengan tingginya 3265 mdpl (meter diatas permukaan laut). Menurut beberapa sumber di internet, gunung Lawu adalah gunung tertinggi ke enam di pulau Jawa, hebat bukan. Biarpun tingginya begitu wah, tapi medannya jalanya sudah enak serta sudah tertata dengan batu gunung.

Jam menunjukkan angka setengah sembilan malam tiba saatnya pendakian dimulai dari Pos Cemoro Sewu (pos 0). Kami berangkat dari Pos 0 menuju Pos 1 dengan medan yang mudah dan tertata batu gunung berbentuk makadam. Perlu diketahui Pos pendakian gunung Lawu berjumlah dua yaitu Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang yang jarak kedua Pos tersebut sekitar 200 meter. Tapi kata teman saya masih enak lewat Cemoro Sewu ketimbang Cemoro Kandang yang medannya lebih ngetrek (nanjak) dan jaraknya lebih jauh.

Step by step kami lalui, maksudnya dari pos satu ke pos dua sudah kita lalui dengan lancar. Tiba saatnya menuju pos tiga yang medan jalannya begitu woow bagi temen-temen pendaki pemula seperti saya. Jalannya memang sudah tertata batu, tapi karena sudah lama tak diperbaiki tersebut menjadi rusak dan belum lagi harus ngetrek tanpa henti. Karena hawa dingin menyengat tubuh, kami berhenti di Pos tiga sekedar membuat api unggun dang gawe kopi sebagai penghangat tubuh.

Menggapai Puncak-Lawu

Ada pelajaran yang bagus dalam pendakian kali ini yaitu ketika berpapasan atau saat kita disalip pendaki lain pasti saling sapa. Maksudnya ia (pendaki lain) akan menyapa anda ketika menyalip atau berpapasan dan tak peduli tua-muda, kaya-miskin dsb. Itu pelajaran bagus bagi kami berempat, dalam artian sopan santun yaitu menghargai dan menganggap orang lain ada disampingnya. Kebiasaan saling sapa bahkan saling mengingatkan antar pendaki cukup menarik bagi penulis diambil manfaat.

Setelah ngopi, mendakinya lanjut lagi melewati terjalnya medan dan dinginya malam lereng gunung Lawu. Karena perut kami menendang-nendang tanpa ampun, di Pos empat istirahat lagi dan kali ini gawe makanan mie sebagai makan tengah malam. Alamak, jika istirahat tanpa gerak, di pos empat dinginnya minta ampun, untung memasak mienya dengan api sedikit memanaskan tubuh. Peralatan memasak pun sangat sederhana seperti, botol kosong dilubangi sebagai tungku, kapas sebagai kayu dan spirtus sebagai minyak tanah. Setelah kenyang kami bergegas menuju pos lima yang berdekatan dengan Sendang Drajat atau sumber mata air dibawah puncak Lawu. Rencananya di pos lima adalah mendirikan tenda untuk tidur sembari melepas capek. Kami tiba di pos lima ialah jam setengah enam pagi, ketika tenda sudah berdiri tanpa komando blek sek semua terkapar tak berdaya (tidur).

Aduh panas, gerah ahhh nyebelin, waduh sudah jam delapan pagi harus bangun dan mendaki sedikit lagi untuk mencapai pos terakhir yaitu puncak gunung Lawu. Setelah mengemas tenda yaitu jam setengah Sembilan, barulah mendaki setapak demi setapak menuju Hargo Dumilah sebutan untuk puncak gunung Lawu. Medan menuju Hargo Dumilah terbilang cukup mudah, landai dan sedikit nanjak ketika sudah dekat dengan puncak.

Ist amaizing, kami berhasil menapak kaki dipuncak Gunung Lawu jam setengah sepuluh pagi, luar biasa mimpi yang menjadi kenyataan. Tak lupa saat di puncak berfoto ria sebagai kenangan masa tua kelak bahwa kita pernah mendaki sampai puncak gunung Lawu, meski impian kita ingin sekali menginjak puncak mahameru (puncak tertinggi di pulau Jawa), hhhe. Setelah foto konyol ala selfie, kami bergegas turun gunung yaitu sekitar jam setengah sebelas siang. Ternyata perut tak bisa diajak kompromi, break di pos 4 untuk memasak mie sebagai sarapan pagi sekitar jam setengah dua belas.

Perjalanan turun gunung dimulai jam satu dengan istirahat per pos, maksudnya pos tiga, dua dan satu harus istirahat, meski ditengah pos selalu istirahat, hhhe :-D. Akhirnya kami tiba di pos 0 atau Cemoro Sewu jam setengah lima sore, tapi sebelumnya mengambil sumber mata air di Sendang Pangahuripan terletak dekat pos satu, sungguh perjalanan yang luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun