Mohon tunggu...
rashiqa as
rashiqa as Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Suka membaca dan menulis kadang kadang.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Akankah Kecerdasan Buatan Menggantikan Pekerjaan Manusia?

2 Januari 2025   06:06 Diperbarui: 2 Januari 2025   06:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Photo by Andrea De Santis on Unsplash 

Selama satu dekade terakhir, perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence berkembang dengan pesat. Hampir semua platform teknologi yang kita gunakan saat ini telah menggunakan bantuan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan juga mulai digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan berbagai bidang pekerjaan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja ataupun human errors yang dapat membahayakan manusia maupun lingkungannya.

Salah satu contoh kejadian kecelakaan kerja paling fatal dalam sejarah adalah ledakan Chernobyl pada 28 April 1986 di Pripyat, Ukraina. Ledakan ini bermula ketika mereka melakukan simulasi pendinginan reaktor apabila terjadi pemadaman. Operator tetap menjalankan pengujian meskipun terjadi penurunan daya reaktor secara tidak wajar. Upaya mematikan reaktor dalam kondisi tersebut mengakibatkan lonjakan daya yang tinggi. Komponen reaktor pecah dan kehilangan pendingin, menghasilkan ledakan uap serta pelelehan yang menghancurkan bangunan. Hal ini diikuti oleh kebakaran inti reaktor yang menyebarkan kontaminan radioaktif ke seluruh Uni Soviet dan Eropa. United Nations memperkirakan bahwa lebih dari 3,5 juta orang terkena dampak radiasi dari ledakan. Total seluas 150.000 km2 area di Belarus, Rusia dan Ukraina dianggap terkontaminasi, serta 4.000 km2 darinya adalah zona eksklusif yang tidak layak untuk dihuni.

Adanya teknologi modern dan kecerdasan buatan diharapkan dapat mencegah kejadian seperti tragedi di Chernobyl ini. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan memiliki kemampuan untuk memonitor potensi bahaya sebelum terjadi kecelakaan. Teknologi kecerdasan buatan dilengkapi dengan algoritma pembelajaran mesin dan analisis prediktif yang dapat memantau data keselamatan pekerja secara langsung. Teknologi ini dapat mengidentifikasi potensi bahaya sebelum terjadinya kecelakaan, sehingga mungkin untuk dilakukan perbaikan yang cepat. Kecerdasan buatan juga dapat mendeteksi pekerja yang tidak mematuhi protokol keselamatan. Teknologi-teknologi inilah yang dapat membantu manusia untuk mengerjakan pekerjaannya menjadi lebih efisien dan aman.

Melihat canggihnya teknologi kecerdasan buatan, beberapa orang merasa khawatir bahwa pekerjaannya akan digantikan oleh mesin pintar ini. Pekerjaan-pekerjaan seperti customer service, kasir, serta sopir diprediksi akan terancam tergantikan oleh kecerdasan buatan di lima tahun mendatang. Nyatanya, ada beberapa perusahaan di luar negeri yang sudah menerapkan teknologi ini. 

Walaupun begitu, terdapat kendala dalam penerapan kecerdasan buatan sebagai pekerja. Salah satu contoh kasus terjadi pada bulan Februari tahun ini. Jake Moffatt berkonsultasi dengan asisten virtual maskapai penerbangan Air Canada tentang diskon yang berlaku setelah kematian neneknya pada bulan November tahun lalu. Asisten virtual tersebut berkata bahwa Moffatt dapat membeli tiket reguler dari Vancouver ke Toronto kemudian mengajukan diskon selama setidaknya 90 hari setelah pembelian tiket. Setelah berkonsultasi dengan asisten virtual tersebut, Moffatt membeli tiket keberangkatan ke Toronto sebesar 794,98 dolar Kanada (atau sekitar Rp8.958.613,72) dan tiket kembali ke Vancouver sebesar 845,38 dolar Kanada (atau sekitar Rp9.526.570,31). Ketika Moffatt mengajukan diskon, pihak maskapai menolaknya dan berkata bahwa diskon duka tidak berlaku setelah tiket sudah dibeli. Akibatnya, Moffatt menggugat Air Canada ke pengadilan dengan klaim bahwa maskapai tersebut telah lalai dan memberikan informasi yang keliru melalui asisten virtualnya. Menurut salah satu anggota pengadilan, Christopher Rivers, Air Canada berpendapat bahwa pihaknya tidak dapat bertanggung jawab atas informasi yang diberikan oleh asisten virtualnya. Rivers menolak argumen tersebut dan berkata bahwa maskapai tidak memperhatikan keakuratan asisten virtualnya. Rivers kemudian memerintahkan maskapai untuk membayar Moffatt sebanyak 812,02 dolar Kanada (atau sekitar Rp9.150.637,14), termasuk 650,88 dolar Kanada (atau sekitar Rp7.334.753,70) sebagai uang ganti rugi.

Selain itu, terdapat kasus yang terjadi pada bulan Juni 2024. Kasus ini bermula ketika restoran makanan cepat saji McDonald's menggunakan asisten virtual untuk pelayanan drive-thru. Asisten virtual tersebut membuat banyak pelanggan bingung dan marah karena mesin pintar itu sering melakukan kesalahan dalam mencatat pesanan. Salah satu video yang diunggah oleh pelanggan memperlihatkan dua orang berulang kali memohon kepada asisten virtual McDonald's untuk berhenti menambahkan Chicken McNuggets ke pesanan mereka. Pesanan ini terus bertambah hingga mencapai 260 porsi. Pada tanggal 13 Juni 2024, McDonald's akhirnya memutuskan untuk menghentikan penggunaan asisten virtual.

Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan buatan masih belum bisa menggantikan pekerjaan manusia sepenuhnya. Kecerdasan buatan digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, bukan menghilangkannya. Kecerdasan buatan yang dimanfaatkan dengan tepat dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien dan aman. Sebaliknya, bila digunakan dengan acuh tanpa pengawasan sama sekali, kecerdasan buatan dapat berisiko untuk melakukan kesalahan. Namun, tidak menutup kemungkinan bila nantinya terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih canggih dalam mengatasi masalah teknis kecerdasan buatan. Perkembangan teknologi ini diharapkan dapat membantu menjaga keselamatan dan kesehatan semua pekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun