Mohon tunggu...
RashidaFarellia
RashidaFarellia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya memiliki hobi untuk menonton series dan film baik luar maupun dalam negeri, selain itu saya juga sangat suka untuk mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Obesitas pada Anak dan Remaja Akibat Pola Makan Salah dan Aktivitas Fisik Kurang

13 Januari 2024   13:15 Diperbarui: 13 Januari 2024   14:54 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahaya Obesitas pada Anak dan Remaja Akibat Pola Makan Salah dan 

Aktivitas Fisik Kurang

 

Prevalensi obesitas pada anak-anak dan remaja menjadi sebuah permasalahan kesehatan yang harus segera mendapatkan perhatian serius. Terjadinya kelebihan berat badan pada kelompok ini utamanya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni aspek nutrisi dan tingkat aktivitas fisik. Pada fase ini, anak-anak dan remaja seringkali memilih makanan ringan tanpa memperhatikan kandungan gizinya secara tidak sadar. Selain itu, kemajuan teknologi modern seringkali menyebabkan mereka menggunakan perangkat gadget secara berlebihan, yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat aktivitas fisik. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Maki dan rekan-rekan pada tahun 2018, yang menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah berisiko lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan dibandingkan dengan kelompok siswa yang aktif secara fisik. Sehingga, diperlukan pemberian edukasi tentang pencegahan kelebihan berat badan agar dapat secara efektif mengurangi angka kelebihan berat badan pada anak-anak dan remaja.

Edukasi yang dimaksudkan adalah penjelasan singkat, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak mengingat usia mereka yang masih muda, mengenai faktor-faktor dasar yang menyebabkan kelebihan berat badan. Penting untuk memberi tahu masyarakat bahwa tidak semua makanan ringan yang tersedia di sekolah memiliki nilai gizi dan kesesuaian untuk dikonsumsi secara rutin. Selain itu, menekankan pentingnya beraktivitas fisik atau bermain bersama teman untuk memastikan tubuh tetap aktif lebih bermanfaat dibandingkan menghabiskan waktu berlebihan dengan perangkat elektronik.

Penyumbang utama terjadinya obesitas pada anak dan remaja usia 5-18 tahun adalah penggunaan minuman yang mengandung tinggi gula dan konsumsi makanan cepat saji dalam jumlah besar. Temuan ini diperkuat oleh telaah literatur yang dilakukan oleh Jakobsen dan rekan (2023). Anak-anak juga cenderung tidak dapat menahan diri dari mengonsumsi minuman manis, seperti berbagai jenis minuman es yang tersedia di kantin sekolah dan di luar sekolah, serta makanan cepat saji yang memiliki kadar lemak dan garam yang tinggi. Menjadi semakin umumnya pemasaran makanan dan minuman, tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap anak-anak, memiliki dampak yang signifikan pada perilaku konsumsi mereka.

Kebiasaan makan anak-anak dan remaja, khususnya di perkotaan, telah mengalami westernisasi yang signifikan. Sebelumnya, mereka menganut pola makan tradisional yang mencakup porsi karbohidrat, protein hewani dan nabati yang seimbang, serta serat dari buah dan sayur. Namun, terjadi pergeseran konsumsi makanan cepat saji seperti burger, nugget, dan pizza yang tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi anak sehari-hari. Konsumsi makanan cepat saji secara teratur dapat berdampak buruk pada kesehatan anak karena tingginya kadar lemak dan garam. Sriwahyuni dkk (2021) menegaskan bahwa pola makan yang ditetapkan sejak masa bayi mempunyai dampak jangka panjang terhadap perilaku makan di masa dewasa. Oleh karena itu, membiasakan makan sayur dan buah sejak dini itu sangat penting supaya pada masa pertumbuhan, anak tidak akan kekurangan asupan vitamin.

Ketidakaktifan juga bisa mengakibatkan obesitas pada anak-anak dan remaja. Banyak generasi muda saat ini cenderung melakukan aktivitas yang kurang aktif, di mana kegiatan tersebut tidak melibatkan gerakan fisik dan hanya membakar sedikit kalori. Sehingga, orang tua berperan penting dalam mengawasi dan mengontrol pola aktivitas anak, sehingga dapat membantu meningkatkan pembakaran kelebihan kalori yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Suandana & Sidiarta (2014) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak-anak yang menghabiskan waktu kurang dari 2 jam bermain di luar rumah memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami obesitas daripada dengan anak-anak yang menghabiskan lebih dari 2 jam bermain di luar rumah.

Menurut penelitian Chen dkk (2020), tinggal di rumah untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan peningkatan perilaku bermalas-malasan, yang pada gilirannya dapat mengurangi pengeluaran energi dan meningkatkan risiko obesitas. Oleh karena itu, disarankan agar orang tua memberikan motivasi kepada anak-anak mereka untuk melakukan aktivitas tambahan atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik sedang. Terlibat dalam permainan klasik seperti naga, petak umpet, dan lompat tali bersama teman dapat menjadi cara yang efektif untuk mengurangi risiko obesitas, jika dibandingkan dengan anak-anak yang hanya bermain dengan perangkat elektronik.

Ketika anak-anak dan remaja banyak menghabiskan waktu di luar rumah dengan bermain dengan teman sebayanya itu akan dapat mengurangi resiko terjadinya obesitas, karena tubuh mereka pasti bergerak secara aktif dan mereka akan berkeringat dimana itu adalah hasil dari pembakaran lemak di tubuh. Tidak hanya itu, kegiatan seperti ini juga berpengaruh positif terhadap kemampuan bersosialisasinya. Pada masa ini sangat baik untuk mencari teman sebanyak mungkin, namun orang tua tetap harus mengawasi dan mengetahui sejauh mana pergaulan mereka supaya tidak terjerumus ke kegiatan yang kurang bermanfaat.

Peran orang tua sangatlah penting dalam mencegah obesitas pada anak dan remaja ini dikarenakan orang tua terutama Ibu lah yang sering mengatur makanan di keluarganya. Untuk itu, edukasi mengenai pencegahan obesitas ini juga harus disampaikan kepada para orang tua agar mereka dapat lebih mengontrol pola makan anaknya. Salah satu cara yang mungkin bisa dilaksanakan yaitu dengan membawakan bekal dari rumah kepada anak dan remaja yang bersekolah yang berisikan makanan pokok seperti nasi, lauk pauk yang terdiri atas protein hewani seperti telur atau daging-dagingan serta protein nabati seperti tahu dan tempe, selain itu yang paling penting adalah sumber sayur dan buahnya supaya anak mendapakan asupan vitamin yang cukup untuk menunjang tumbuh kembangnya. Orang tua juga harus membiasakan anaknya untuk meminum air putih yang cukup sebanyak 8 gelas per hari dimana air itu sangat penting untuk melarutkan zat-zat makanan dan mencegah tubuh kita dari dehidrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun