Manusia terlahir sebagai laki-laki atau perempuan adalah takdir atau kodrati secara biologis. Namun, keduanya memiliki hak yang sama dalam hal mengembangkan potensi diri, dalam hal ini adalah aktualisasi diri, baik di ruang domestik maupun di ruang publik. Permasalahannya sekarang adalah pemberian aktualisasi diri di ruang publik bagi perempuan yang kurang sehingga menyebabkan adanya beban ganda bagi kaum perempuan bomerang bagi mereka, hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan relasi gender yang belum mateng sehingga menciptakan permasalahan tersebut.
Peran "ibu rumah tangga dan peran "perempuan bekerja yang dilakukan secara bebarengan sebenarnya bukan baru muncul pada saat ini. Sejak zaman dahulu sudah banyak perempuan yang melakukan kedua hal tersebut. Namun semua itu dilaksanakan di rumah, sehingga tidak menimbulkan masalah.
Di zaman modern ini semua telah berubah. Pekerjaan-pekerjaan seperti memintal benang dan lain sebagainya kini sudah "dipabrikkan itu tidak dapat dikerjakan di rumah. Sehingga perempuan harus bekerja diluar rumah menyebabkan peran ganda perempuan mulai menimbulkan masalah.
Perempuan yang memegang dua posisi peran sekaligus, disisi lain terdapat tuntutan keduanya bisa tidak selaras bahkan kadang-kadang bertentangan. Namun yang menjadi isu atau masalah, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketimpangan baik bagi laki-laki terutama terhadap perempuan (gender gap). Ketimpangan gender merupakan system dan struktur dimana kaum perempuan menjadi korban dari system tersebut. Ketimpangan gender berdampak negatif terhadap perempuan dalam berbagai bentuk seperti marginalisasi, stereotype, kekerasan seksual dan beban ganda (double burden).
Akhirnya kita harus mengakui bahwa posisi perempuan dalam kebudayaan disosial masyarakat ini tidaklah sebaik posisi laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H