Mungkin sebagian dari mereka ada yang bertujuan memotivasi orang agar cepat menikah. Atau mungkin menegur orang-orang yang berpacaran. Memberikan pemahaman kepada mereka bahwa pacaran itu haram, sedangkan nikah itu sunnah. Seolah-olah mereka memerintahkan orang-orang yang berpacaran itu untuk segera menikah dan tidak berlarut-larut dalam berpacaran.
Memang bagus bila melarang orang untuk berpacaran. Ini juga bagian dari amar ma'ruf nahi munkar. Tapi yang perlu diketahui bahwa nikah ini merupakan ibadah yang paling lama dikerjakannya. Apabila ingin memulainya juga, tidak boleh main-main, harus serius.
Perlu diketahui juga bahwa suksesnya pernikahan itu bukan 'yang cepat pasti menang dan bahagia, yang telat pasti kalah dan sengsara.' Nikah itu bukan perlombaan yang berbasis cepet-cepetan. Tetapi perlombaan yang berbasis 'siapa yang bisa mempertahankannya seumur hidup dan menghadapi tantangan-tantangan di dalamnya.'
Tidak salah bahwa menikah itu ibadah yang agung. Akan tetapi, dalam memotivasi orang agar mau menikah itu pasti ada caranya. Sebagaimana mengajarkan anak-anak untuk shalat pasti perlu diajarkan bagaimana gerakan dan bacaan shalat yang sesuai dengan yang Nabi ajarkan. Tidak sembarang suruh shalat saja, atau tidak diajarkan cara yang benar.
Menikah juga seperti itu. Bila ingin memotivasi orang untuk segera menikah, maka harus memberitahu juga apa-apa yang harus disiapkan sebelum menikah. Mulai dari kemandirian, kedisiplinan, kedewasaan, mental, tanggung jawab dan masih banyak lagi. Lalu memberitahu juga bahwa menikah itu pasti akan banyak permasalahan di dalamnya yang harus mau diselesaikan. Bukan hanya memotivasi agar cepat nikah dan memberitahu yang enak-enaknya saja.
Tapi yang disayangkan dari adanya orang-orang yang membuat konten mesra-mesraan pasutri. Jadi banyak orang yang termotivasi untuk segera menikah karena melihat enaknya mesra-mesraan. Tidak memikirkan apa saja masalah yang harus siap untuk dihadapi. Tidak juga memantaskan diri untuk menjadi seorang suami dan bapak. Tidak juga mempersiapkan ilmu yang matang dan mental untuk mendidik dan menghadapi kaum hawa.
Konten-konten semacam itu dikhawatirkan menjadi pembodohan untuk yang termotivasi nikah hanya karena melihat konten-konten semacam itu. Atau ingin segera menikah hanya karena enaknya saja. Sehingga ketika sudah menikah menjadi keteteran dan terkejut atas masalah-masalah yang  sebelumnya tidak dia pikirkan.
Saya ingatkan bahwa Rasulullah memang pernah menyuruh para pemuda untuk menikah. Akan tetapi beliau menyuruh yang sudah mampu. Mampu pada segala aspek yang menyangkut pernikahan sebagaimana yang sudah saya jelaskan di atas. Termasuk juga nafkah. Yang belum mampu beliau perintahkan untuk berpuasa.
Saya ingatkan saudara-saudara yang statusnya sudah menikah untuk tidak membuat konten seperti itu yang kemudian kalian upload. Dan bila kalian sudah melakukannya saya mohon untuk berhenti. Lebih baik membuat konten-konten yang menjelaskan persiapan apa saja yang harus disiapkan sebelum menikah, lebih bermanfaat untuk kaum muslimin khususnya yang ingin menikah.
Ingatlah juga bahwa fitnah terbesar bagi kaun laki-laki adalah perempuan. Tidak selayaknya bagi perempuan untuk menampilkan diri di media sosial. Meskipun sudah menikah ataupun sudah berhijrah dan memakai cadar dan kerudung yang panjang. Karena yang namanya wanita tetap akan menjadi fitnah bagi kaum laki-laki.
Tapi ingat, bukan berarti boleh berpacaran ya. Justru pacaran menjadi salah satu sebab pernikahan menjadi tidak harmonis. Karena sejatinya sebelum menikah seseorang hendaknya mempersiapkan mental, kedewasaan, kemandirian, mempelajari ilmu, menantaskan diri, dan lainnya. Bukan malah pacaran. Betapa banyak orang yang menikah tetapi sebelumnya berpacaran, namun rumah tangganya justru tidak harmonis.