Mohon tunggu...
Aditira
Aditira Mohon Tunggu... Konsultan - Pengembara kehidupan yang mencoba berbuat sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan ini

Kehidupan ini akan berjalan seperti apa adanya. Baiknya tidak terlalu memaksakan diri diluar kemampuan kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengembara Badui di Pusaran Peradaban Modern

12 Agustus 2019   09:50 Diperbarui: 12 Agustus 2019   10:01 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Badui yang bersahaja (Dokumen Pribadi)

Minggu, 14 Juli 2019, hari  masih pagi sekitar pukul 10.30 WIB ketika kuhampiri Sang Pengembara Badui yang sedang  menunggu pembeli yang akan menghampirinya, meski mungkin beberapa orang hanya sekedar  untuk menanyakan berapa harga dari 2 botol madu dan sekitar 10 buah gelang dan tas uniknya.  

Sang Badui pengembara dengan ramah dan santainya bersedia diajak ngobrol di kursi taman yang cukup banyak  berjejer di  koridor luar lingkar Kebun Raya Bogor ini.  

Hanya sekitar 50 meter sebelah kiri pintu masuk  depan Lippo Plaza kebun raya bogor.  Saya menyebutnya sang badui pengembara karena belum tahu namanya dan tidak sempat menanyakan namanya. 

Trus, apalah arti sebuah nama, yang terpenting adalah bagaimana kisah sang pengembara ini yang mungkin mewakili sekian banyak komunitas tradisi yang masih terpinggirkan di negeri tercnta ini dan mungkin bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berbuat sesuatu.

Kenapa saya sebut "pengembara" karena dari penuturannya selama kami bercerita sekitar 1 jam an terlukis perjalanan pengembaraannya selama hampir 15 tahun berkeliling di pusaran peradaban Jabodetabek untuk menjajakan produk-produk buatan local dari kampung-kampung Badui yang memerlukan setengah hari perjalanan menuju Jabodetabek.  

Mulai dari Madu, golok badui, dan berbagai kerajinan tangan yang dibuat setelah berinteraksi dengan orang luar badui yang melatih mereka dalam pembuatan kerajinan tersebut.

Telah empat hari ia bersama 4 orang badui lainnya mengembara di kota bogor ini untuk mendagangkan madu dan kerajinan tangan tersebut.  

Katanya, mereka berangkat dari desa jalan kaki menuju stasiun rangkas dan naik kereta api dari stasiun rangkas menuju ke tanah abang dan terus dilanjutkan  ke bogor.   

Tidur dan menginapnya, dimana aja salaam 4 hari disini?  Katanya, dimana saja di kota bogor ini yang tidak terlarang untuk tidur.  Harga sebotol madunya Rp 170.000,-, kalau ada yang nawar 150ribu juga diberikan.  

Sementara modalnya Rp 120.000,- Berarti keuntungannya hanya  Rp 30.000 -- 50.000,- per botol.  Selama 4 hari ini, telah 2 botol yang laku.   Berarti selama 4 hari baru megang keuntungan seratus ribu rupiah.  Buat makan sehari saja, butuh minimal 50ribu, jadi telah habis 200ribu selama 4 hari di Bogor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun