Senja tadi sekitar pukul 4 sore kulangkahkan kaki, menyusuri gang-gang kecil dan sempit di perumahan padat penduduk lokal yang berbaur dengan pendatang yang banyak menempati rumah petak dan kost2an di kampung Kukupu-Cibadak-Bogor menuju TransMart Yasmin Bogor, sebuah mall alias pusat perbelanjaan baru modern yang mungkin baru setahun lebih  ini berdiri dengan megah.  Â
Hanya sekitar 30 menit berjalan menyusuri gang dan menyebrangi jalan raya Soleh Iskandar yang saat-saat  ini pada setiap pagi dan sore macet karena sedang pembangunan jalan layang Tol lingkar Luar Bogor, sesi Yasmin-Salabenda.Â
Niat menjelajahi mall ini sebenarnya hanya untuk mencari gantungan baju yang sesungguhnya di toko-toko kecil lain disekitar kost2an tempat saya berteduh, juga mungkin tersedia tetapi dengan alasan ingin lain untuk melihat situasi peradaban mall modern saat ini, langkah kaki akhirnya mengarahkan ke mall transmart itu.
Penjelajahan Mall ini, menyesatkanku sampai pada area lantai 2 pada blok produk-produk pangan mulai dari produk local mie instant sampai dengan produk import minyak bunga matahari yang ketika  kita cermati pada labelnya dikemas oleh perusahaan Malaysia dan Singapore yang kemudian import oleh perusahaan di Jakarta dapat dipasarkan di mall ini. Â
Bersanding produk minyak goreng Indonesia dengan berbagai merk yang berbahan baku minyak kelapa sawit. Tak ada produk minyak goreng dari kelapa dalam atau kelapa tradisional. Â
Pada moment ini langsung terpikir, benarkah kampanye perusakan hutan Indonesia oleh perusahaan kelapa sawit di Europa itu hanya karena perang dagang antara perusahaan produsen minyak bunga matahari Europa dan perusahaan kelapa sawit Indonesia ? Â
Ataukah memang keduanya benar adanya. Pemerintah uni Europa membatasi masuknya produk minyak sawit karena perusahaan perkebunan kelapa sawit banyak yang merusak hutan-hutan alam di Indonesia dan di sisi yang lain juga memang ada loby2 dari perusahaan minyak bunga matahari kepada pemerintah uni Europa untuk adanya pembatasan tersebut.Â
Mungkin tidak banyak masyarakat Indonesia yang tahu soal-soal yang rumit tersebut, apalagi masyarakat kecil yang sehari-sehari sudah disibukkan dengan bagaimana mencari produk yang semurah mungkin untuk mengatasi persoalan pengeluaran sehari-sehari yang makin mahal. Â
Kepada siapa kemudian harapan kita hal-hal rumit tersebut dapat ditarik kesimpulan terbaiknya ? Sebagai sebuah Negara tentunya masyarakat berharap pada pemerintah yang terdiri dari eksekutif, legislative dan yudikatif yang bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat. Â Karena mandate kesejahteraan masyarakat ada di tangan mereka. Â
Tetapi sepertinya, tidak banyak pemberitaan media yang mengangkat soal-soal tersebut yang bisa menjadi pencerahan bagi masyarakat. Â Lalu, beberapa orang berbisik-bisik, media kita khan sudah dikuasai oleh para pengusaha-pengusaha besar yang nota bene juga memiliki hubungan yang erat dengan berbagai perusahaan nasional dan internasional. Â
Wah, itu rumit lagi bagi masyarakat kecil untuk mengerti bagaimana perusahaan-perusahaaan besar itu bekerja? Lalu siapa yang diharapkan bisa memberikan pencerahan terhadap bekerja perusahaan-perusahaan tersebut ? Semakin rumit lagi sepenggal cerita di mall ini. Â Ah...sudahlah mungkin akan ada saja orang atau lembaga yang nanti memberikan pencerahan itu.Â