Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Marahi Anak Jika Bermain Tanah, Manfaatnya Banyak, Apa Saja?

28 Juni 2020   12:20 Diperbarui: 28 Juni 2020   15:02 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Zaman sekarang mungkin sedikit sekali para Ibu yang membiarkan anaknya bermain dengan media tanah dari pekarangan rumah sendiri. Media tanah ini sudah mulai tergantikan oleh playdough yang menarik karena warnanya yang beraneka ragam.

Bagi saya yang merupakan generasi 90-an, kala SD tentu saja belum ada playdough. Alih-alih membeli mainan, kami dibebaskan untuk berkreasi main di area pekarangan rumah. Untuk membuat suasana ramai biasanya kami mengundang teman yang masih satu RT dengan saya.

Permainan yang paling saya sukai saat itu adalah bermain tanah di pekarangan rumah. Kebetulan rumah saya saat itu masih mepunyai sebidang kebun kecil sehingga sangat mudah menemukan tanah di pekarangan.

Bemain tanah bukan hanya bermain kotor-kotoran. Berdasarkan pengalaman saya, banyak sekali permainan yang dapat saya mainkan menggunakan tanah. Ini tentu saja membuat walaupun bermain tanah setiap hari tidak terasa membosankan dan meberikan banyak manfaat. 

Bermain Masak-Masakan

Masak-masakan adalah jenis permainan yang paling digemari oleh anak perempuan. Saya pun mengalaminya. Saya dan adik saya bisa bermain masak-masakan dengan menggunakan tanah yang ada di pekarangan.

Yang biasanya kami mainkan adalah membuat kue bohongan dari tanah. Cara paling mudah adalah tanah diberi air sehingga sedikit encer. Lalu saya cetak dalam cetakan kue. Biasanya ibu saya merelakan beberapa cetakan kue miliknya sebagai alat main saya.

Dengan menggunakan bantuan sinar matahari, akhirnya kue tanah buatan saya pun dapat mengering. Bisa dianggap seperti membuat cookies. Jika menggunakan tanah liat, saya bisa berkreasi membuat kue kering. Jadi gumpalan tanah liat dibuat kalis lalu saya pun membuat kue kering seperti yang biasanya dibuat oleh ibu saya.

Memang terkesan kotor namun sangat mengasikkan. Jika bermain masak-masakan sudah selesai, biasanya kue tanah tersebut saya hancurkan lalu saya mengembalikan tanah ke pekarangan. 

Bermain masak-masakan tentu saja meningkatkan daya imajinasi kita. Selain itu dengan mengembalikan media tanah ke tempat semula, berarti mengajarkan nilai tanggung jawab kepada anak. 

Bermain Peran (Roleplay)

Sebenarnya bermain peran atau roleplay biasanya kelanjutan dari bermain masak-masakan. Jika saya bermain dengan banyak teman, tentu lebih asik jika kami bermain peran.

Biasanya kami saling bermain tamu-tamuan atau saling mengunjungi dan mencoba kue tanah buatan kami. Makannya tentu saja pura-pura. Biasanya dalam bermain peran ini, kami saling menanyakan resep kue yang dibuat.

Hal ini sebenarnya membuat kami harus berpikir kreatif. Kami harus bisa menyambungkan percakapan dengan teman yang berperan sebagai tamu di rumah kami.

Tentu saja kami pun diharuskan untuk berimajinasi dengan peran yang kami mainkan. Bisa saja saat itu saya berperan sebagai ibu guru atau bahkan sebagai ibu RT. Secara tanpa saya sadari, kami jadi belajar bersosialisasi bersama teman. 

Bermain Membuat Kerajinan

Membuat kerajinan dari tanah liat sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Dan ini saya lakukan pula pada saat saya menggunakan tanah liat.

Jika saya mempunyai tanah liat atau tanah lempung, saya tentunya menggunakan kesempatan itu untuk berkreasi membuat kerajinan. Mulai dari membuat patung kura-kura ataupun sekedar membuat satu set alat makan (piring dan mangkuk).

Memang tanah liat tidak mempunyai variasi warna karena hanya berwarna coklat. Untuk memberi warna saya biasanya memberi warna dengan kapur tulis warna sehingga kerajinan yang saya buat lebih enak dilihat mata. 

Dengan membuat kerajinan, saraf motorik kita dirangsang untuk bergerak aktif. Karena biasanya kita belajar untuk membuat berbagai macam bentuk serta memberi warna pada hasil karya kita. 

Itulah beberapa permainan yang bisa dilakukan dengan menggunakan media tanah liat. Semuanya mengajarkan anak agar berpikir kreatif, bertanggung jawab, bersosialisasi dengan sesama dan tentunya juga merangsang perkembangan saraf motorik.

Namun tetap saja bermain tanah pun tetap mempunyai resiko jika tidak dilakukan secara benar. Sebaiknya gunakan tanah yang bersih, tidak tercampur dengan zat kimia ataupun kotoran hewan yang mengandung bakteri. Hal ini mungkin yang membuat beberapa orang tua tidak mengizinkan anaknya bermain tanah sembarangan.

Sesudah beraktivitas dengan menggunakan tanah, tentu saja membuat tangan menjadi kotor. Selalu biasakan anak untuk selalu mencuci tangan sampai bersih setelah bermain tanah. Jangan lupa untuk mengecek kuku tangan dari sisa tanah. Sisa tanah dalam kuku, bisa menimbulkan penyakit jika tidak sengaja masuk ke dalam tubuh.

Sehingga seharusnya orang tua tidak perlu khawatir bahkan memarahi anak jika sedang bermain tanah. Kegiatan ini ternyata memberikan banyak manfaat jika dilakukan dengan benar. Selain itu harganya pun jauh lebih murah dibandingkan alat mainan buatan.

-RSW/DPK/28062020-  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun