Sebagai orang perantauan sejak 20 tahun yang lalu, mudik alias 'mau ke udik' alias pulang kampung setiap lebaran pastilah hal yang paling ditunggu. Banyak sekali cerita tentang mudik yang telah saya lakukan selama dua puluh tahun ini.
Menurut sejarahnya mudik lahir seiring dengan adanya gelombang urbanisasi besar-besaran pada tahun 70-an. Banyaknya orang desa yang merantau ke Jakarta, menyebabkan budaya pulang kampung saat lebaran menjadi sebuah tradisi.
Mudik sendiri bagi saya memberikan banyak cerita menarik. Dan semua kisah mudik saya pasti berkaitan dengan transportasi di saat mudik. Pertanyaan rutin kala mudik adalah memakai kendaraan apa, berapa lama perjalanan dan kondisi jalanan macet atau macet banget.
Ketiga pertanyaan tersebut secara rutin menjadi bagian dari cerita mudik setiap tahun. Tentu saja ketika kita masih bebas hilir mudik dari Jakarta ke kampung dan sebaliknya.
Dimulai dari pertanyaan pertama mengenai jenis transportasi yang digunakan pada saat mudik. Saya sudah mencoba hampir semua moda transportasi umum seperti bis, kereta ataupun mobil pribadi untuk mudik ke kampung. Pesawat tidak saya gunakan karena kampung saya di Kuningan tidak memiliki fasilitas bandara sampai saat ini.
Diantara semua moda transportasi umum, saya lebih menyarankan menggunakan kereta api dikarenakan jadwalnya lebih pasti. Memang di tahun 2000-an, masih banyak terdapat delay keberangkatan serta tidak tertibnya penumpang di musim mudik. Namun menurut saya jadwalnya masih masuk akal dibandingkan menggunakan moda transportasi yang lain.
Pernah suatu waktu saya mudik menggunakan bus yang dicarter oleh perusahaan tempat saya bekerja. Selama perjalanan tentunya asik karena dapat pulang bersama rekan kerja, Â namun ternyata lama perjalanan menggunakan sukar diprediksi. Bahkan saking lamanya perjalanan, semua perbekalan makanan sampai habis dan akhirnya saya pasrah selama perjalanan mudik.
Kondisi yang pernah saya alami selama mudik menggunakan bus mungkin menjadi salah satu alasan saat ini terdapat bis antar kota yang memberikan kenyamanan bagi penumpangnya. Bis antarkota dapat menyediakan fasilitas tambahan seperti kursi yang nyaman untuk tidur, adanya internet, adanya toilet serta diberikannya minuman dan makanan dalam bis.
Yang paling menyenangkan tentunya mudik dengan menggunakan mobil pribadi. Hal ini dikarenakan kita dapat mengatur waktu keberangkatan dan waktu istirahat selama mudik.
Pertanyaan kedua adalah mengenai berapa lama perjalanan mudik. Jawabannya dipengaruhi oleh waktu keberangkatan. Jika berangkat pagi dari Jakarta, mungkin dengan sedikit keberuntungan lama perjalanan akan lebih singkat. Selain pagi hari, berangkat dini hari juga menjadi pilihan karena biasanya orang malas untuk berangkat pada malam hari.
Rata-rata lama perjalanan mudik saya ke kampung adalah sekitar 1,5 kali dari lama normal perjalanan dan rekor terlama adalah 2,5 kali dari lama normal perjalanan jika menggunakan mobil pribadi. Tapi mengingat mudik hanya dilakukan satu tahun satu kali, saya tidak terlalu masalah dengan hal ini. Saya lebih memilih menikmati perjalanan daripada berkeluh kesah selama mudik.