Shalat tarawih di mesjid menjadi kegiatan yang paling ditunggu selama bulan Ramadan. Apalagi saat masih SD saya diberikan tugas untuk meminta tanda tangan imam pada buku kegiatan Ramadan.
Kala itu saya masih duduk di kelas 4 SD. Saya meminta izin kepada ibu saya agar dapat shalat tarawih dengan teman SD dengan alasan akan mengisi buku kegiatan bersama-sama. Untunglah ibu memberikan izin. Biasanya saya harus shalat tarawih bersama ibu.
Memang shalat tarawih dengan teman itu berbeda suasananya dengan shalat tarawih bersama ibu. Pada saat bersama ibu, saya harus shalat dengan benar. Benar artinya saya tidak boleh bercanda dan mengantuk.
Tidak heran ketika mendapat izin shalat dengan teman saya senang bukan kepalang. Sehabis buka puasa saya dengan tiga orang teman saling mengunjungi. Kami sudah siap dengan mukena, sajadah dan buku kegiatan.
Setelah berkumpul, kami langsung pergi ke mesjid untuk memilih tempat. Istilahnya 'ngetek tempat'. Kami pilih tempat di beranda mesjid dan posisi agak ke pojok.
Sesudah 'ngetek', kami berempat pergi ke warung dekat mesjid. Kami beli camilan mulai dari krip-krip, choki-choki dan keripik singkong yang saat itu jadi favorit.
Menjelang adzan isya, kami buru-buru kembali ke mesjid. Tidak lupa mengambil air wudhu dulu sebelumnya. Kami berlarian ke tempat kami sambil tertawa cekikikan. Saya lupa obrolan apa yang kami tertawakan. Yang pasti kami cekikikan tiada henti.
Ketika shalat isya dimulai kami masih cekikikan. Belum lagi kami saling mendorong badan teman dari samping. Jika ada yang jatuh, kami pasti tertawa terpingkal-pingkal. Kami sangat berisik sekali.
Sesudah isya, godaan mengantuk mulai melanda. Kami siasati dengan mengambil jajanan kami. Kami makan krip-krip dan choki-choki sambil mendengarkan ceramah yang disampaikan ustadz menjelang shalat tarawih.
Mulailah sebelum pelaksanaan shalat tarawih. Makanan yang tersisa hanya tinggal keripik. Tapi perut kami masih lapar.
Ide datang dari salah satu teman saya yang bernama Ratih.