Apa iklan favorit saya di bulan Ramadan? Tentu saja iklan Indomie jaman jadul. Dan tiba-tiba saja saya terngiang dengan salah satu jingle iklannya.
" Hari ini kita puasa, menjalankan perintah agama. Buka puasa bersama Indomie. Indomie seleraku ".
Itu adalah penggalan jingle dari iklan Indomie versi buka puasa. Iklan ini dibuat dalam tiga versi yaitu buka puasa, sahur dan lebaran. Tiap versi mempunya jingle yang berbeda. Berbeda dalam kata-kata namun tetap bernada sama. Â
Hampir setiap menjelang buka puasa dan sahur, iklan indomie selalu diputar di televisi swasta kala itu. Dalam iklan digambarkan kebersamaan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak dan adik yang sedang menikmati buka puasa, sahur maupun lebaran dengan menu indomie.
Jika iklan bisa dibuat berdasarkan kondisi nyata, iklan ini mewakili kondisi pada saat sedang berbuka puasa. Iklan ini menyiratkan kebersamaan dalam arti sesungguhnya. Dimana saat berbuka puasa maupun sahur pasti akan lebih nikmat jika dinikmati bersama keluarga. Kala iklan ini muncul, saya masih duduk di bangku SMP dan kedua orang tua saya masih ada.Â
Karena kondisi keluarga saya yang pas-pasan, Â indomie yang dapat dibeli dengan harga terjangkau adalah menu yang paling sering disajikan oleh ibu saya. Cukup dengan membeli tiga bungkus indomie yang dimasak sekaligus, keluarga saya yang totalnya berjumlah enam orang dapat menikmati makan kenyang dan enak. Keluarga saya memang tidak bisa menyajikan menu indomie dengan toping tambahan seperti telur ataupun ayam, namun makan mie polos pun sudah membuat saya bahagia. Alhamdulillah.Â
Biasanya mi disajikan dalam piring ataupun mangkuk besar yang disimpan di tengah meja makan. Ketika waktu makan tiba, kami akan langsung berlomba-lomba mengambil mi. Dan tentu saja sebagai anak tengah biasanya saya kalah cepat dari kedua kakak saya. Selain mi, ibu tetap meminta kami menambahkan nasi pada piring kami. Jadi saat itu mi instant berfungsi sebagai lauk-pauk pada menu makan kami. Sebagai pelengkap, ibu memberikan jatah satu buah bakwan pada setiap anak.
Namun jika punya rejeki lebih, ibu berbaik hati memberikan jatah satu bungkus mi untuk setiap anak. Kami pun dapat memilih sendiri rasa mi instant sesuai selera. Misalnya saya dan adik lebih  menyukai mi kuah sedangkan kakak saya lebih menyukai mi goreng. Tepat seperti tagline iklannya " indomie seleraku".
Jika sahur, makan mi instant lebih banyak karena waktu memasaknya yang praktis. Terkadang ibu bangun terlambat sehingga tidak sempat masak untuk sahur, sehingga makan mi instant adalah pilihan paling cepat dan tepat. Dan bagi kami ini bahkan sebuah kebahagian yang tiada taranya.Â
Karena kami makan mi instant dari kecil, tidak heran lidah kami terbiasa dengan rasa dari indomie. Kelezatan rasanya dapat terbayangkan tanpa harus makan mi sungguhan. Dan setelah mencoba berbagai mi instant dari luar negeri dengan berbagai merek, bagi saya tetap mi instant lokal mempunyai rasa yang tiada duanya. Tak lekang oleh jaman. Dapat dikatakan kelezatan yang hakiki.
Lebaran tentu identik dengan hidangan lebaran seperti ketupat, opor ayam ataupun rendang. Tapi menjadi tradisi kami jika pada malam lebaran kami biasanya menyantap mi instant bersama dengan ketupat dan rendang. Jadi kami telah menyajikan indomie rendang dalam arti sesungguhnya.