Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saya Tidak Bisa Buka Puasa Tanpa Gorengan

27 April 2020   23:40 Diperbarui: 28 April 2020   00:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejatinya menu berbuka puasa pun berkembang dan bervariasi mengikuti lingkungan dan perkembangan jaman. Saya yakin bahwa lebih dari lima puluh persen penduduk Indonesia pasti mengucapkan kata yang sama dengan saya, "Saya tidak bisa buka puasa tanpa gorengan".

Jadi mari kita ucapkan terimakasih atas penemu teknik menggoreng makanan serta pasokan minyak goreng dan terigu yang tidak mengalami keterbatasan saat ini. Bahkan minyak goreng termasuk dalam bahan pokok yang selalu digunakan oleh hampir semua ibu-ibu di Indonesia.

Faktanya teknik menggoreng ini telah ditemukan sejak jaman mesir kuno. Namun masih tanpa menggunakan tepung terigu. Kemudian barulah pada tahun 1970-an, teknik menggoreng menggunakan tepung populer di benua Amerika dan sampai pula ke Indonesia.

Setiap negara biasanya mempunyai bahan dasar tersendiri untuk membuat gorengan. Misalnya di Jepang, gorengan lebih banyak untuk makanan laut dan sayuran. Sedangkan di negara eropa lebih banyak untuk kentang (french fries). Di Indonesia sendiri, gorengan hampir digunakan untuk semua jenis bahan dasar makanan.

Gorengan yang sangat populer di Indonesia adalah bakwan, tahu, tempe, ubi, singkong dan cireng. Orang Indonesia memang sangat kreatif dalam membuat berbagai jenis gorengan. Misalnya adalah combro ( dari bahasa sunda : oncom di jero) yang berbahan dasar singkong lalu ditambah dengan adonan isian. Contoh lainnya adalah cireng yang merupakan penggabungan antara tepung terigu dan tepung tapioka. Contoh lainnya adalah tahu isi yaitu gabungan tahu dan sayuran.

Di luar negeri, bahan pelengkap untuk gorengan umumnya berbentuk saus. Orang Indonesia yang notabene mencintai makanan bercita rasa pedas, maka menambahkan cabe rawit sebagai bahan pelengkap. Cara memakannya pun sangat praktis, tinggal memakan gorengan dan cabe rawit bersamaan. Selanjutnya tinggal mengatakan 'enak banget'.

Tidak dipungkiri, sebenarnya gorengan bukan makanan khas untuk  berbuka. Makanan khas berbuka tentunya tetap makanan yang manis sesuai dengan sunah rasul. Saya berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan gorengan menjadi sangat ditunggu pada saat berbuka.

Faktor pertama adalah bahan yang mudah diperoleh serta pembuatannya sangat mudah. Semua bahan untuk membuat gorengan dapat ditemukan di semua penjaja makanan. Mulai dari sayuran, tahu, tempe bahkan ubi dan singkong sebagai sumber karbohidrat. Hampir semua orang dapat membuat gorengan. Jika soal rasa, dapat dikatakan enak sesuai dengan selera masing-masing.

Faktor kedua adalah banyaknya penjual gorengan siap makan di semua daerah. Faktanya hampir di setiap sudut jalan raya besar terdapat satu pedagang gorengan. Kemudahan mendapatnya menjadikan gorengan sebagai kudapan paling populer di Indonesia. Keuntungan menjual gorengan pun sangat dirasakan oleh para pedagang.

Faktor ketiga adalah rasanya yang enak di lidah. Jika bisa mengolah bumbu dengan baik, niscaya gorengan dapat menjadi makanan yang dapat menggugah selera. Hebatnya, biasanya setiap orang mempunyai jenis gorengan favorit. Misalnya saya adalah pencinta bakwan, sedangkan adik saya pencinta cireng. Namun pada hakikatnya kami adalah pencinta gorengan.

Begitu pun dengan saat berbuka puasa. Gorengan menjadi makanan wajib di meja makan. Di tengah kondisi sekarang, mungkin membuat gorengan sendiri menjadi pilihan yang bijak dan cerdas. Lebih bersih dan higienis. Jadi selamat menikmati gorengan saat berbuka puasa.  

-RSW/DPK/27042020-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun