Mohon tunggu...
Ra RuNias Production
Ra RuNias Production Mohon Tunggu... Lainnya - Suka membaca

Senang dengan cerita dan perjalanan menggunakan bus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepak Bola Tarkam

1 September 2021   08:14 Diperbarui: 1 September 2021   08:27 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola di Indonesia memang sarat dengan cerita. Mulai dari pemain profesional sampai amatir. Tidak sedikit pemain profesional yang bermain di level amatir. Pernah satu ketika sekitar tahun 90 an, ada kompetisi lokal yang para pemainnya banyak dari kalangan profesional, mereka para pemain yang bermain dari level Nasional. 

Sehingga kompetisi ini menarik untuk dilihat. Tidak hanya ingin melihat skill para pemain profesional yang berlaga di level kampung atau kami lebih mengenalnya dengan sebutan Tarkam atau Tarikan Kampung. Liga Tarkam banyak berisi para pemain yang sering kita lihat di Televisi Nasional, sehingga banyak menarik minat para penonton.

Terlepas dari di ijinkan atau tidak oleh Klub, namun keberadaan para pemain ini akan berdampak pada keselematan diri mereka sendiri, seperti kita ketahui sepak bola di Indonesia terkenal dengan keras, sehingga tidak sedikit yang mengakibatkan cidera serius. Entah apa yang melatar belakangi kehadiran para pemain kelas Nasional ini di level amatir atau kampung, yang jelas mereka akan dapat bayaran yang lebih. 

Karena seperti kita lihat ketika mereka berhasil mencetak gol, akan ada orang yang mendatanginya dan langsung memberikan uang. Tentunya ini diluar bayaran untuk kedatangan mereka bermain di klub lokal. Tapi itulah wajah sepakbola di Indonesia, saya sebagai penikmat sepakbola akan senang-senang saja atas kehadiran mereka. 

Kita bisa menyaksikan kepiawaian mereka memainkan si kulit bundar. Tapi bukan sepakbola Tarkam namanya kalau tidak terjadi saling ejek antar suporter. Ini juga yang jadi magnet buat para pemain, karena selain ejekan mereka juga dapat pujian. 

Tapi sekarang sudah jarang terlihat kompetisi seperti ini, mungkin karena dari level nasional juga sudah berjenjang. Dari yang Kasta tertinggi dan terus turun, bahkan sampai level junior atau anak-anak di bawah umur. Dengan kompetisi yang terarah ini akan membuat para pemain maupun calon pemain profesional lebih terarah bimbingannya, bahkan bisa sampai ke level luar negeri. Kelas Sepakbola untuk anak-anak atau SSB ( Sekolah Sepak Bola ) sudah banyak di Indonesia.

 Ada beberapa pemain muda kita yang bisa bermain di klub-klub Eropa, ini menandakan bahwa sebetulnya kita tidak kekurangan bibit pemain di usia muda, tapi mungkin kurang pencari bakat yang menemukan mereka. Pembinaan di level usia dini ini juga yang pernah membuat kita berhasil berkibar di level Asia. 

Semoga dengan pembinaan di usia dini dan kompetisi yang baik akan membuat sepakbola Indonesia bisa berkibar di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun