Mohon tunggu...
Rara Zarary
Rara Zarary Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku menemukan kebebasan, menemukan diri sendiri, dan bertahan hidup (sabdawaktu)

Penulis Buku: Menghitung Gerimis (2013), Hujan Terakhir (2014), Hujan dan Senja Tanah Rantau (2016), Kita yang Pernah (2020).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kadang Aku Malu Disebut “Mahasiswa”

8 November 2014   06:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mahasiswa merupakan sosok manusia yang memiliki prinsip serta keyakinan kuat untuk menyelamatkan serta mempertahankan kedamaian rakyat. Bentuk dari perlawanan yang mencerahkan terhadap berbagai kezaliman penguasa. Pantang menyerah untuk terus mengumandangkan kebenaran. Membela yang tertindas. Mereka berani berdiri tegak untuk berbeda dengan rezim yang tidak berpihak kepada rakyat. (Zamroni, 2013)

Itulah sejatinya mahasiswa, memiliki prinsip sebagai jiwanya dan memiliki tujuan sebagai darahnya, mahasiswa yang akan selalu berjuang dan berkorban serta membaktikan dirinya untuk kehidupan masyarakat, untuk pembangunan nasional, dan untuk kemakmuran bangsa, yang dipercaya masyarakat sebagai penerus perjuangan serta penyuara tentang keadilan. Mahasiswa pula yang dipercaya sebagai pahlawan tanpa menghiraukan materi atau balas budi dari masyarakat. Begitu besarnya arti mahasiswa dibenak masyarakat, hingga kita pun menyadari bahwa begitu besar pula tanggungjawab yang diemban oleh mahasiswa. Tidak lagi mempersoalkan masalah pribadi, akan tetapi kita sudah menanggung masalah masyarakat dipundak kita.

Namun sangat disayangkan, mahasiswa yang merupakan masyarakat ilmiah yang seharusnya berpikir dan bersikap ilmiah kini sudah jauh melenceng dari asal mula atau hakikat “Arti Mahasiswa” pada mulanya. Seseorang yang akan membawa perubahan yang baik bagi ketahanan Negara dan kelangsungan perdamaian kehidupan masyarakat nyatanya sudah tidak lagi terpikirkan. Kebanyakan mahasiswa sekarang hanyalah menumpang status hingga ia menempuh gelar sarjana yang akan membuatnya lebih mudah dalam mendapatkan kepercayaan dalam bekerja di instansi tertentu.

Jika kita mengalisa hal tersebut, sebuah kemajuan tekhnologi sekarang ini juga menjadi sebab mengapa mahasiswa kini bersikap lebih apatis. Proses pemikiran dan perilaku ilmiah pun sudah jarang dilakukan. Contoh riil yang sangat membombastis saat ini adalah pelanggaran yang terjadi di jalur lalu lintas, lingkungan masyarakat, dan pemeberitaan pemerkosaan, pencuriaan, tauran, serta kriminal lainnya di stasiun televisi kebanyakan dilakukan oleh mahasiswa. Dengan hal demikian berarti mahasiswa sudah menodai makna jati diri mahasiswa yang dijunjung tinggi. Selain hal tersebut yang juga membuat mahasiswa sekarang berbeda dengan mahasiswa dulu adalah sikap cenderung untuk berpikir pragmatis dalam menghadapi persoalan. Adanya sikap yang sering diputuskan dengan emosi serta sikap yang diputuskan dengan dasar dendam membuat mahasiswa sangat mudah jatuh dalam melakukan kesalahan besar dan bahkan menghancurkan nama baik lembaga tempat mereka mencari ilmu pengetahuan.

Mahasiswa sekarang ini lebih mengutamakan keselamatan dirinya, pergaulan hidupnya, serta menjaga martabat dirinya sendiri. Sudah tak ada lagi ruang memikirkan tentang kemakmuran, kemajuan pembangunan nasional, atau bahkan keselamatan politik Negara ini. Tak banyak mahasiswa yang peduli terhadap masadepan Negara, kita tidak usah jauh-jauh membahas tentang Negara, tentang perkembangan dan kemajuan kampusnya pun sudah jarang kita lihat mahasiwa terlibat.

Fenomena nyata yang sering kita saksikan setiap hari, ada banyak mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas dalam suatu mata kuliah dengan alasan lupa atau bahkan sibuk. Hal yang miris pula terjadi, penitipan tanda tangan terhadap temannya tanpa adanya alasan yang logis. Ketika hal tersebut dilupakan oleh mahasiswa, maka apalagi yang akan menjadi tugas mereka? Apakah masih pantas mereka menyandang status mahasiswa yang sejatinya mampu memberikan perubahan yang baik terhadap dirinya dan lingkungan? Inilah fenomena yang membuat Indonesia semakin kehilangan pemuda yang berkualitas.

Mahasiswa sudah banyak yang lupa terhadap tugas mereka. Agen perubahan atau media yang akan membuat hubungan harmonis antara masyarakat dengan Negara, baik itu dalam hal politik, ekonomi, juga budaya. Sejatinya, inilah yang menjadi tugas mahasiswa sebenarnya. Dengan demikian maka tunggulah saatnya Indonesia bangkit. Masyarakat makmur, dan pemuda-pemuda Negara ini sukses dalam pembangunan nasional. Sebaliknya jika pemuda (mahasiswa) sudah apatis, maka tinggallah menunggu masa kehancuran Negara ini.

*Munawara, mahasiswa Ilmu Komunikasi

penulis buku Hujan Terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun