Mohon tunggu...
Rara Zarary
Rara Zarary Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku menemukan kebebasan, menemukan diri sendiri, dan bertahan hidup (sabdawaktu)

Penulis Buku: Menghitung Gerimis (2013), Hujan Terakhir (2014), Hujan dan Senja Tanah Rantau (2016), Kita yang Pernah (2020).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata dan Luka

14 Maret 2018   11:02 Diperbarui: 14 Maret 2018   11:08 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katakan pada Air Mata dan Luka

"Aku masih sanggup bertahan untuk menggapai impian yang kubawa dari pulau ayah bunda."

Aku akan selalu baik-baik saja, seperti apa yang pernah engkau ajarkan padaku. Membiarkan orang-orang melihatmu sangat teduh dan tenang meski luka dan air matamu gaduh. Aku akan terus baik-baik saja seperti pintamu sebelum akhirnya aku memilih kota ini sebagai tempat persinggahanku mencari banyak pengetahuan, pengalaman, dan segala hal yang akan mengajariku lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup masa tua nanti. Aku akan selalu dan tetap baik-baik saja, menjalani hari-hariku, berusaha terus menghidupi diriku, dan keluargaku di seberang sana.

Luka dan air mata ini hanyalah sebuah hiasan pemanis cerita perantau pada kawan atau sahabat yang tidak merasakan bagaimana hidup-redup, senang-susah, suka-duka, dan pahit-manis menjalani kehidupan di tanah rantau. Luka dan air mata ini hanyalah simbolisasi sebuah kekuatan yang singgah sebentar karena merasa bosan atau jenuh pada satu suasana. Luka dan air mata ini hanyalah penambah energi sebuah perjalanan panjang hidup kita. Luka dan air mata ini, hanyalah alasan mengapa kita harus terus bertahan memahami sebuah problematika kehidupan sebenarnya. Mungkin, tidak semua orang mampu melalui dan menikmatinya.

Iya, aku baik-baik saja. Sama sepertimu yang selalu berusaha baik-baik saja bahkan memilih menangis diam-diam setiap selesai shalat atau berdoa. Kita akan selalu baik-baik saja, selama kita percaya bahwa dengan harapan yang kokoh maka usaha kita akan lebih kuat dan semangat hidup kita akan terus membara. Kita akan selalu baik-baik saja, jika kita percaya bahwa apa yang kita lakukan, apa yang kita impikan, Tuhan telah menjaga dan mengetahuinya dengan sangat sempurna. Kita akan selalu baik-baik saja, asal kita percaya bahwa kita mampu melaluinya dengan bijkasana. Sekali lagi, luka dan air mata hanyalah persinggahan lelah dan jenuh sementara. Setelah itu, kita akan lebih paham pada sebuah perjuangan dan kita akan lebih kuat menjalani rintangan selanjutnya.

Kita akan tetap baik-baik saja, terus melanjutkan perjuangan di tanah Jawa. Membakar semangat, memburu ilmu pengetahuan tanpa henti, melakukan yang terbaik dan dinilai berarti. Kita terus berusaha menjadi anak harapan orang tua, pelajar harapan bangsa, dan pemuda harapan negara. Kita akan terus berusaha keras mencapai sesuatu yang dinanti-nanti. Ketika pun kita terjatuh, mari bangun lagi. Ketika kita hancur, mari diobati berulang kali. Ketika kita jenuh karena suatu suasana atau kondisi, mari jangan berlama-lama dinikmati. Bangun! Kita bangun lagi diri kita yang lebih baik, persis seperti semangat dan harapan yang membara saat kita dulu hendak merantau ke lain kota atau lain negara.

Jangan pernah berhenti mencoba dan mengalah pada perasaan yang kadang membingungkan ini. Jika sudah tak mampu berlari, mari berjalan beriringan, perlahan-lahan kita berlari lagi. Jangan sampai tertinggal, terlupakan, atau terasingkan dari tanah rantau asing ini. Tetaplah ingat bagaimana ayah bunda menaruh harapan yang begitu besar di pundak kita. Jangan lupa betapa besar usaha kita membuat ayah bunda akhirnya percaya dan merestui rantauan kita. Jangan pernah lupa, bahwa kita pernah menjanjikan banyak hal pada ayah, bunda, bahkan pada diri kita sendiri; bahwa suatu saat kita akan membawa sesuatu sebagai alasan pulang ke rumah tercinta.

Biarlah air mata sesekali menetes dan menyadarkan kita, betapa berartinya sebuah harapan dan doa yang terus membuat kita hidup melalui hari-hari. Biarlah sesekali luka datang untuk menyadarkan kita betapa penting sebuah kekuatan dan saling memahami. Sebab kita sebenarnya tidak sendiri di sini. Ada banyak teman, kawan, sahabat, yang persis sama seperti kita. Perantau yang membawa banyak impian dari pulau, kota, atau negara masing-masing. Marilah jangan merasa sendiri atau bahkan menepikan orang lain dari sisi. Kita sama, perantau yang datang sendiri dan hidup sendiri disini. Maka tak usah mencari lawan atau musuh untuk saling menguji siapa yang paling mampu mempertahankan kecepatan dalam berlari, di tanah terasingan ini.

Sekali lagi, aku atau kamu akan selalu mampu baik-baik saja di sini. Menjalani hari-hari dengan penuh arti. Jangan melupakan harapan awal yang kita janjikan pada ayah bunda di kejauhan sana. Marilah bertahan di pulau ini, cari arti berilah arti. Hingga suatu saat kita memiliki alasan kuat untuk kembali ke tanah kelahiran lagi. Pastinya dengan membawa arti.

Aku atau kamu akan selalu baik-baik saja disini. Biarlah air mata dan luka sesekali menemani. Tidak untuk kita nikmati lama-lama, melainkan sebagai bekal kekuatan dan pertahanan kita selanjutnya. Sebab air mata dan luka pada akhirnya akan retas menjadi sebongkah cahaya yang akan kita hadiahkan pada ayah bunda. Tentang perjalanan-perjuangan suka-duka di tanah rantau yang penuh cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun