Mohon tunggu...
Raras Lestari
Raras Lestari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ngeri! 4 Pendaki ini Gugur Saat Ingin Taklukkan Everest

21 Maret 2016   15:53 Diperbarui: 21 Maret 2016   19:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest memiliki magnet yang sangat kuat bagi para pendaki tak hanya profesional, bahkan banyak pendaki pemula yang juga tertarik. Tentu saja, jika berhasil menaklukkan gunung yang memiliki nama lain Sagarmatha dan Chomolungma ini pasti memberikan rasa dan puas yang amat sangat. Orang-orang dari seluruh dunia yang hobi mendaki gunung menyebut gunung ini sebagai salah satu gunung yang harus ditaklukkan selagi mereka masih hidup.

Namun gunung yang memiliki ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut ini jelas bukanlah gunung yang ramah bagi para pendakinya. Cuaca yang dapat berubah hanya dalam waktu sekejap menyebabkan banyak pendaki yang tercatat sekarat bahkan tak sedikit yang harus menghembuskan nafas terakhir di gunung ini. Penanganan terbaik bagi para pendaki yang meregang nyawa di Everest adalah menguburkannya di tempat itu, sebab membawa mayat turun ke bawah adalah suatu hal yang sangat membahayakan.

Berikut ini terdapat 9 pendaki yang meninggal di gunung yang berlokasi di Solukhumbu District, Sagarmatha Zone, Nepal.

1. Karl Gordon Henize - 1993

Pria kelahiran Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat, pada 17 Oktober 1926 silam ini merupakan seorang profesor astronomi di Universitas Northwestern. Pendakiannya ke Gunung Everest dilaksanakan pada bulan Oktober 1993, saat itu ia berusia 66 tahun. Dalam perjalanan American Expedition itu ia ingin menguji alat dari NASA untuk mengukur radiasi. Namun nahas, Henize meninggal pada ketinggian 6.400 meter dikarenakan High-altitude pulmonary edema (HAPE) pada 5 Oktober 1993. Dia dimakamkan di tempat ia wafat sesuai dengan keinginannya.

2. Peter Kinloch - 2010

Spesialis IT asal Inggris ini mempunyai impian mendaki tujuh puncak terkenal di dunia. Gunung yang berada di Nepal ini merupakan puncak impian kelimanya. Kinloch saat itu telah berhasil mencapai puncak dan mulai berjalan turun gunung. Kejadian tak menguntungkan baginya itu terjadi pada Mei 2010, sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Saat itu ia mulai menunjukkan gejala high altitude cerebral oedema (HAPO), gejala pembengkakan otak yang terjadi di dataran tinggi. Dia mengalami kesulitan melihat, sebelum akhirnya menjadi buta. Selama 12 jam rekan-rekan satu timnya memberinya obat-obatan dan oksigen dan mencoba menuntunnya yang telah buta itu turun gunung. Sayangnya, mereka tidak bisa melakukan lebih lama lagi sebab cuaca kala itu semakin buruk.

Kinloch terpaksa ditinggalkan pada ketinggian sekitar 8.600 m dan akhirnya meninggal. Setahun kemudian salah seorang temannya mendapati tubuh Kinloch yang sudah meninggal. Tubuhnya diikat sebelum ia meninggal, sehingga kemungkinan ia akan tetap bisa ditemukan di masa mendatang. Menurut penuturan rekannya itu, Kinloch terlihat damai, seperti ia sedang berbaring atau tidur siang.

3. Marty Hoey - 1982

Pada tahun 1982, Marty Hoey mengambil liburan dari pekerjaannya sebagai kepala patroli keamanan di sebuah resor ski di Utah untuk mendaki Gunung Everest. Ia juga menjadi satu-satunya perempuan di dalam tim Whittaker American Expedition bersama 16 laki-laki. Kejadian malang itu terjadi pada 15 Mei 1982, sekitar pukul 05.30 waktu setempat. Saat itu Hoey sedang memanjat bagian curam gunung Everest di ketinggian sekitar 8.100 kaki dan seketika gesper keselamatan dirinya dalam posisi terlepas. Rekan-rekan satu timnya hanya bisa menyaksikan tubuh Hoey turun hingga 1.800 m ke jurang. Tubuh Hoey pun tidak pernah bisa ditemukan sampai saat ini. Hoey meninggal diusianya yang ke-31 tahun.

4. Tsewang Paljor - 1996

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun