Mohon tunggu...
Raras Mulats
Raras Mulats Mohon Tunggu... -

pembelajar yang mencoba menjadi pemberani

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Menunda Kebaikan!

31 Oktober 2011   15:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:14 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai, hari ini benar-benar kelabu, mendung menghimpit kotaku. Kelabu yang sendu. Lihatlah, sendu seperti wajah seorang ibu paruh baya itu, yang mungkin secara fisik tidak tampak terlalu lemah, tapi entah bagaimana kondisi kehidupannya. Mungkin keluarganya yang sangat kekurangan, mungkin dia punya penyakit dalam, mungkin dia harus membayar hutang keluarganya yang menggunung, mungkin dia baru saja kecopetan saat ingin menjenguk anaknya, mungkin juga 5 anaknya harus masuk sekolah, mungkin dia ditinggal pergi suaminya dan seluruh hartanya dibawa, dan mungkin-mungkin yang lain.

Sayang, seribu kali sayang, kemungkinan yang banyak itu tidak ada dalam pikiranku di sore mendung itu. Aku pergi begitu saja ketika sang ibu berada di depan gedung tempat aku baru saja mengikuti acara tentang Palestine. Aku pergi begitu saja, hanya menyisakan tatapan iba (mungkin) dan niat untuk memberikan snack yang masih utuh di dalam tasku (hanya NIAT), tapi niat itu segera menguap bersama mendung--bersama keangkuhan.
Aaaah, dan aku tidak merasa bersalah atau merasa meninggalkan sebuah kesempatan emas berbuat kebaikan. Aku tidak menyesal! Aku pulang dengan senyum tetap tersungging manis.

Tak berapa lama, sampailah aku di kontrakan mungil yang aku tinggali bersama 4 orang sahabatku. Mungkin disinilah aku (sedikit) menyadari bahwa aku harus berbagi dalam keadaan apapun, hanya sedikit. Dan akhirnya aku membagi jatah snack-ku itu untuk salah satu orang rumah. Tapi masih tersisa sebuah 'arem-arem'. Karena masih belum merasa lapar, aku pun belum memakannya.

Singkat cerita, di pagi hari aku menemukan si 'arem-arem' tak berdosa itu sudah berlendir. Aaaaaa, di saat itu juga aku baru menyesal sedalam-dalamnya, mengapa aku tak membagi saja dengan ibu pengemis sore itu? Mengapa aku harus menunda sebuah kebaikan, padahal kebaikan itulah yang mendatangiku?

#hikmahnampol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun