Mohon tunggu...
Raras Kristina Widowati
Raras Kristina Widowati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jakarta 1-Prodi Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Mempengaruhi Kehidupan Manusia

17 September 2013   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PEMANFAATAN LIMBAH ZAT PATI

Bagi sebagian orang Indonesia, tepung tapioka atau zat pati yang berasal dari ubi kayu alias singkong begitu digemari. Karena itu, tepung tapioka merupakan komoditi yang menarik untuk dikembangkan. Lampung merupakan salah satu daerah yang menjadikan pengolahan tepung tapioka atau zat pati sebagai industri kecil. Sayangnya, hasil dan mutu yang mereka dapatkan masih rendah. Belum lagi, limbah zat pati-onggok dan elot-yang dihasilkan industri rakyat itu sebetulnya masih bisa dimanfaatkan.

Melihat kenyataan inilah Unit Pelaksana Teknis Ethanol Protein Sel Tunggal dan Gula Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (UPTEPG BPPT) mencoba mengembangkan industri rakyat tersebut, dengan menerapkan teknologi nirlimbah. Teknologi ini direncanakan sebagai teknologi bersih lingkungan yang bisa meningkatkan mutu dan hasil zat pati untuk industri kecil. BPPT menjelaskan teknologi yang memanfaatkan limbah onggok dan elot itu-yang memiliki kandungan pati dan protein cukup tinggi. Teknologi ini berupa alat sederhana yang dilengkapi lubang-lubang penyaringan. Dengan menggunakan komposisi air yang lebih banyak dan penampungan bak yang lebih besar, terjadilah pengepresan untuk memisahkan zat pati. Limbah yang dikeluarkan pun memperbanyak hasil onggok dan elot, yang mengandung serat karbohidrat, yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pakan ternak, bahan obat nyamuk, bahan campuran cat, dan sebagainya. Dengan teknologi ini, industri kecil ubi kayu diharapkan bisa membantu meningkatkan produksi zat pati dan memanfaatkan limbahnya. Sebagai contoh, jika dalam satu hari sebuah industri memproduksi satu sampai dua ton ubi kayu, seperempat limbahnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan lain.

SPERMA ARTIFISIAL

Ini mungkin kabar gembira bagi pasangan lesbian. Berkat teknik baru yang Dikembangkan di Amerika Serikat, “pasangan” wanita kini bisa punya anak. Ini bukan anak adopsi, melainkan benar-benar anak genetis. Seperti diberitakan di situs News.bbc.co.uk, para ilmuwan dari Reproductive Genetic Institute di Chicago berhasil menciptakan sperma artifisial. Sperma buatan ini berasal dari sel tubuh seorang wanita yang kemudian diolah untuk membuahi sel telur pasangannya. Metode baru ini telah diuji coba pada sel telur manusia. Hasilnya akan diketahui beberapa bulan mendatang dan akan diumumkan pada April 2002 lalu. ” Tampaknya menjanjikan, “ucap Mohammad Taranissi, ahli kandungan dalam proyek penelitian itu. Uji coba sebelumnya terhadap tikus ternyata memberikan hasil sangat memuaskan. Cara yang dikembangkan oleh para ilmuwan itu mirip teknik kloning. Lewat perlakuan khusus, sebagian materi gen dari sebuah sel diambil dan disuntikkan ke sel telur wanita lain. Hasilnya adalah embrio yang terdiri dari separuh gen induk serta sebagian gen donor.

Tentu saja kabar itu disambut gembira antara lain oleh Adele dan Dawn, pasangan lesbian dari Coventry, Inggris. Mereka mengaku berhasrat turut serta dalam uji coba proyek dimaksud. “Dengan program itu, berarti kami bisa mendapatkan anak sendiri,” kata mereka. Rencananya, bila proyek di atas berhasil, metode tersebut akan diterapkan secara massal pada dua tahun mendatang. Toh, Bill Ledger, ahli embrio manusia dari Universitas Shef Field, wanti-wanti. Menurut dia, teknologi ini masih mengandung risiko tinggi karena dapat menciptakan manusia-manusia cacat. ”Teknik ini tak boleh dikembangkan,” ujarnya.

OBAT PANJANG UMUR

Anda ingin hidup abadi atau setidaknya panjang umur? Anda mungkin bisa mencoba hasil riset yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Buck Institute for Age Research in California. Hasil riset mereka dipublikasikan dalam majalah ilmiah Science edisi terakhir.

Para ilmuwan itu menggunakan dua obat sederhana yang mampu membantu tubuh memperbaiki kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas. Obat yang mereka pakai merupakan versi sintetis dari dua enzim alamiah, superoxide dismutase dan katalase.Penuaan sejatinya proses rusak dan matinya sel-sel jaringan tubuh, baik hewan maupun manusia. Sel-sel aus karena “radikal bebas” substansi tak stabil yang diakibatkan oleh proses oksidasi di dalam tubuh. Radikal bebas berperangai menyerang iringan tubuh yang masih bagus dan DNA. Nah, dua enzim sintetis itu berfungsi menyerang radikal bebas dan mengubahnya menjadi air dan oksigen yang tak berbahaya. “Temuan itu menunjukkan adanya indikasi dini bahwa usia adalah kondisi yang dapat dikelola melalui terapi obat tertentu,” ujar salah satu anggota tim, Simon Melov. Temuan itu sudah dicoba pada ulat mikroskopis Caenorhabditis elegans. Ulat super kecil ini umumnya cuma berumur 20 hari. Namun, setelah diberi dua obat itu, umurnya bisa 30-120 persen lebih lama. Para ilmuwan berharap percobaan terhadap manusia dapat segera dilakukan, setidaknya terhadap mereka yang mengalami stress oksidasi, kelainan yang dicurigai menyebabkan penyakit Parkinson dan Alzheimer.

ENZIM PENYEBAB ALZHEIMER

Alzheimer, atau yang biasa dikenal orang awam sebagai kepikunan, masih sulit dicegah hingga sekarang. Pada penderita Alzheimer, sel-sel otak pelan-pelan menjadi rusak dan mati. Akibatnya, penderita kehilangan memori, kemampuan untuk menilai, menganalisa dan keseimbangan. Kenapa itu bisa terjadi? Belakangan Jurnal Ilmiah Science melaporkan bahwa tim ilmuwan di bawah pimpinan Dr. Martin Citron dari perusahaan bioteknologi Amgen, di Thousand Oaks, California, telah menemukan adanya suatu jenis enzim yang membuat sel otak mati dan menyebabkan alzheimer. Enzim ini diberi nama beta-sekreta-se. Penemuan ini jelas merupakan satu terobosan penting dalam ikhtiar penanggulangan alzheimer.

Dengan penemuan ini, kemungkinan untuk mengembangkan obat yang dapat memperlambat orang jadi pikun jadi terbuka lebar. “Kini kami punya sasaran dan target nyata bagi obat yang akan dikembangkan,” kata Dr. Rudolph Tanzi, professor ilmu saraf di Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital, para ilmuwan menganggap, penemuan beta-sekretase sebagai penyebab alzheimer bisa dianalogikan dengan peristiwa diketahuinya HIV sebagai penyebab AIDS. Begitu HIV ditemukan, pengobatan AIDS pun makin mudah ditentukan arahnya. Tapi, Amgen sendiri sampai sekarang masih belum menemukan bahan yang mampu memblokade beta-sekretase itu. Jadi, untuk menyembuhkan alzheimer jalan yang harus ditempuh tampaknya masih panjang.

Dr. Citron mengingatkan bahwa ia dan timnya paling tidak membutuhkan serangkaian tes di laboratorium, lalu pengujian pada hewan percobaan, sebelum akhirnya percobaan sesungguhnya pada manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun