[caption caption="Bunda di makam Ayah"][/caption]
Tahun 2015 merupakan tahun yang benar-benar berat bagi saya dan keluarga , pasalnya 06 April Ayah tercinta di panggil terlebih dahulu oleh Sang Maha Kuasa. Kami sekeluarga berusaha ikhlas dan menguatkan diri juga saling menguatkan satu sama lain. Berusaha bersikap normal dan mulai membiasakan hidup tanpa kehadiran Ayah. Tetapi tetap nampak jelas semua anggota keluarga kehilangan sosok Ayah. Tak terkecuali Bunda yang separuh hidupnya benar-benar dihabiskan bersama Ayah, pun ketika nafas terakhirnya Bunda diberikan kesempatan untuk mendekap Ayah dipelukan ketika tidur panjangnya baru dimulai.
Beberapa bulan setelah ditinggal Ayah memang Bunda seakan “lumpuh” beraktivitas. Semangat hidupnya seakan dihisap Demetor, hanya tinggal menyisakan kesedihan. Beliau tetap menjalankan tugasnya sebagai guru SMP tetapi setelahnya lebih banyak berdiam diri di rumah. Pengajian-pengajian yang biasa diisinya pun beberapa bulan terbangkalai. Akhirnya Bunda mungkin menyadari bahwa berdiam diri justru semakin menenggelamkan dirinya dalam pusaran kesedihan pasca ditinggal Ayah.
Perlahan namun pasti Bunda bangkit. Bunda mulai beraktivisatas sepeti biasa, mengajar dan mengisi pengajian di beberapa masjid. Beliau pun mulai banyak menulis baik di laman Facebook-nya atau di Kompasiana. Lebih banyaknya tulisan mengenai kepergian Ayah, lama kelamaan rutin menulis artikel yang lebih panjang sesuai dengan gayanya sendiri. Hal apapun ditulis Bunda, semangat berbagi lewat tulisan memang cukup tinggi. Pintar menjalin silaturrahim sesama penulis dunia maya, Bunda pun rutin ikut event-event bersama Blogger Bandung.
[caption caption="Ayah dan Bunda di acara review restoran "]
Sebelum Ayah pergi pun, keduanya cukup sering menulis juga mengikuti event-event Kompasiana. Tetapi semenjak Ayah pergilah, intensitas kegiatan menulis Bunda jauh lebih meningkat. Setiap hari setidaknya selalu mengusahakan satu artikel bisa dibagi di lapak Kompasiana-nya. Jadwal tidurnya pun lebih banyak berkurang. Jika tidak begadang hingga malam, setidaknya shubuh hari sudah nongki-nongki cantik di depan notebook untuk menulis kembali. Kegiatannya setiap hari pun berubah, tak hanya mengajar dan mengisi pengajian tetapi juga singgah di beberapa kafe-kafe atau juga nonton film terbaru di bioskop. Tak jarang juga bertemu dengan artis-artis ibukota. Sudah pasti, semuanya adalah undangan review acara atau produk. Malah setiap bulan pasti sudah menandai jadwal dengan acara-acara yang berkaitan dengan kegiatan Blogging.
[caption caption="Acara-acara blogging yang Bunda ikuti"]
Menulis di blog entah itu Kompasiana atau blog pribadinya seakan jadi obat Bunda bagi kesedihan mendalam setelah ditinggal kekasih. Kegiatan inilah yang jadi pengalih akan ingatan-ingatan tentang suaminya. Semenjak banyak undangan review, jadwal Bunda semakin padat tiap harinya.Banyak undangan berarti banyak juga tanggungan menulisnya. Maka banyak pula waktu yang dihabiskan Bunda untuk tetap berkegiatan setiap harinya. Selain itu, dari menulis juga Bunda banyak mengenal orang-orang baru. Hal ini tentu sangat membahagiakan, memiliki teman baru tambah pula pengalaman baru yang terkadang orang-orang yang ditemui memiliki kesamaan nasib yang sama. Nah gara-gara bertemu dengan orang baru ini pula yang mungkin membuat Bunda jadi lebih banyak belajar dan bersyukur meskipun kini statusnya adalah single parent.
[caption caption="kegiatan bersama Blogger Bandung"]
Benar, bertemu orang baru memang membuat kita lebih bersyukur akan kehidupan. Entah kebetulan atau tidak. Di salah satu kegiatan Blogger-nya, Bunda bertemu dengan blogger-blogger wanita yang justru juga bernasib sama: janda-janda ditinggal suami yang “pergi”. Malah kisah-kisah wanita-wanita tesebut jauh lebih menyedihkan bagi saya. Selain karena umur yang jauh lebih muda dari Bunda, kepergian para suami blogger-blogger wanita tersebut lebih banyak karena sakit parah yang mengharuskan keluar uang banyak juga dihadapkan dengan kondisi yang serba sulit karena harus mengurus suami yang sakit juga anak yang masih kecil-kecil sementara kondisi perekonomian yang kekurangan. Jika dibandingkan dengan para wanita-wanita tersebut jelas Bunda lebih beruntung. Alasan Ayah pergi tidak disertai sakit terlebih dahulu, beliau pergi dengan tenang. Terlebih meskipun kehidupan pas-pasan sebagian dari anak-anaknya sudah memiliki pekerjaan sehingga masih bisa membantu Bunda.
Tak hanya menulis untuk berbagai, Bunda pun rutin ikut lomba-lomba Blogger. Beliau senang untuk berpartisipasi meskipun jarang jadi juara. Bunda senang mengambil kesempatan, hingga pada akhirnya kesempatan itu berbuah manis. Ini pertama kalinya Bunda menang lomba yang hadiahnya jalan-jalan gratis. Tanggal 14 Februari kemarin Bunda berangkat menuju Sumbawa, NTB. Disana sepertinya Bunda benar-benar senang memiliki teman-teman baru dan jelas pengetahuan baru.