[caption caption="Gerobak bakso dan penjualnya (Dok.Pri)"][/caption]Malam itu ketika sedang di Pare, Kediri saya lagi kepengen bakso untuk makan malam. Akhirnya nemu juga di daerah sekitaran masjid agung Pare, setelah muter-muter cari abang bakso. Saya langsung memesan 2 porsi untuk saya dan teman saya. Setelah memesan, saya pun mencari tempat yang PW (Posisi Wuenak) untuk duduk.
Tiba-tiba teman saya nyeletuk dengan suara pelan “Eh koq yang jualnya aneh gitu sih?” lantas saya pun melihat penjual baso tersebut. Ada tiga orang yang melayani, dua dari tiga tersebut memang berbadan tak biasa dari orang kebanyakan. Lelaki yang membuat minuman berbadan tinggi besar, cukup gemuk, dan kulitnya hitam legam. Lelaki satunya yang menyiapkan dua mangkok baso berbadan lebih pendek sedikit bungkuk dan punggung belakangnya sedikit menonjol. Sedangkan lelaki ketiga yang kelihatannya paling muda terlihat normal-normal saja.
Lantas saya pun menjawab “Aneh kenapa sih?” pura-pura tidak tahu. “Itu loh liat aja badannya” teman saya menimpali. “Ah udah lah biarin, yang penting makanannya bukan yang buatnya” jawab saya sekenanya.
Dari percakapan dengan teman saya itu, saya justru tak merasa risih untuk membeli bakso disitu. Sementara teman saya terlihat seperti kurang nyaman berada di warung bakso tersebut. Saya pun berusaha menyakinkannya kembali bahwa kita yang normal secara fisik sebaiknya mendukung mereka yang kurang secara fisik. Contohnya ya dengan membeli dagangannya, karena dengan begitu tingkat kepercayaan diri mereka bisa timbul. Bukan malah acuh, lebih-lebih menghindar hanya karena yang jual itu “aneh” secara fisik.
Tanpa disadari, kita terkadang masih sering bersikap seperti itu. Selalu melihat dari fisik semata. Tak bermaksud sok suci atau sok bijak. Saya memang lebih senang menilai orang karena kemampuan atau karyanya dari pada fisik semata karena fisik itu hanya tampilan luar yang belum menjamin kepribadian seseorang.
Hal ini malah jadi teguran juga buat saya sendiri, agar saya mau dan selalu berusaha lebih untuk hal yang saya inginkan. Mas-mas bakso yang kurang secara fisik saja mau berusaha memperjuangkan hidupnya, mengapa saya yang sempurna secara fisik tak kurang satu pun untuk belajar saja terkadang malas-malasan.
Meningkatkan rasa percaya diri pada orang-orang sekitar penting sekali. Jangan kan buat kaum yang kurang secara fisik, bagi orang-orang yang sempurna secara fisik pun belum tentu mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri penting untuk membuat mereka yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga mereka bisa mengembangkan diri kedepannya. Dukungan orang sekitar pun penting. Dengan dukungan dari orang lain, seseorang akan merasa diakui dan dihargai. So, pepatah don’t jugde book by its cover itu memang terbukti benar, untuk melihat nilai seseorang jangan pernah menilai dari “bungkus” luar karena terkadang kebanyakan bungkus yang bagus pun hanya tipu muslihat belaka. Ada baiknya bungkus yang sudah bagus diimbangi dengan isi yang bagus pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H