Mohon tunggu...
Raras Faiqa
Raras Faiqa Mohon Tunggu... Freelancer - History Enthusiat

Hanya Manusia Biasa Dan Haus Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Interaksi Hubungan antara Ipar dan Bisan dalam Adat Minangkabau

8 November 2024   16:54 Diperbarui: 8 November 2024   19:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam budaya Minangkabau, hubungan antar-anggota keluarga besar diatur secara rinci dan penuh nilai-nilai kearifan lokal. Salah satu hubungan yang menarik untuk ditelusuri adalah interaksi antara ipar dan bisan. Ipar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut saudara dari pasangan, sementara bisan merujuk pada hubungan antara dua orang tua yang anak-anaknya menikah. Di dalam masyarakat Minangkabau, baik ipar maupun bisan memiliki peran dan batasan yang berbeda dalam adat dan interaksi sosial.

Dalam budaya Minangkabau, hubungan antara ipar dilandasi oleh rasa hormat, namun ada perbedaan dalam aturan komunikasi dan kedekatan, tergantung pada gender dan kedudukan mereka. Misalnya, seorang pria Minangkabau akan lebih menjaga jarak dalam berinteraksi dengan saudara perempuan dari istrinya atau istri dari saudara laki-lakinya. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip menjaga sako dan pusako, atau garis keturunan dan harta pusaka, yang harus dihormati dan dijaga dari potensi konflik.

Di sisi lain, hubungan antara ipar sesama perempuan atau sesama laki-laki lebih longgar, karena mereka seringkali terlibat dalam berbagai kegiatan keluarga bersama. Dalam situasi ini, hubungan antara ipar tidak hanya mencerminkan kedekatan emosional tetapi juga semangat gotong royong. Ipar yang berjenis kelamin sama sering bekerja sama dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak, kegiatan adat, dan urusan keluarga lainnya. Di sinilah tercermin semangat kekeluargaan dan solidaritas dalam masyarakat Minangkabau.

  • Hubungan Bisan: Kolaborasi dalam Kehidupan Bermasyarakat

Interaksi antara bisan dianggap cukup istimewa dalam budaya Minangkabau. Karena Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal, yang berarti garis keturunan mengikuti garis ibu, para bisan biasanya berada pada posisi yang berbeda dalam hal tanggung jawab keluarga. Meskipun demikian, hubungan antara bisan dibangyn atas dasar saling menghormati dan bekerja sama untuk menjaga keharmonisan rumah tangga anak-anak mereka yang telah menikah. Para bisan sering kali berinteraksi dalam konteks yang lebih formal, terutama pada saat acara keluarga atau upacara adat. Mereka biasanya saling bertukar bantuan dan dukungan, baik dalam bentuk materi maupun moral. Pada acara-acara tertentu, bisan akan menunjukkan keharmonisan dengan memberikan sumbangan atau bantuan dalam bentuk makanan, peralatan, atau bahkan tenaga untuk membantu jalannya acara. Ini merupakan bentuk tanggung jawab bersama yang berttujuan untuk menunjukkan kekompakan kedua belah pihak di mata masyarakat.

  • Batasan dalam Interaksi dan Etika Adat.

Dalam interaksi antara ipar dan bisan, adat Minangkabau menekankan pentingnya tahu di nan ampek, atau mengetahui batas-batas yang harus dihormarti dalam berhubungan dengan anggota keluarga lain. Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap orang harus menyadari posisinya dan tidak melanggar etika dalam berbicara, bertindak, maupun bergaul. Sebagai contoh, bisan jarang berkomunikasi langsung tentang urusan rumah tangga anak-anak mereka. Hal ini dihindari agar tidak muncul konflik atau kesalahpahaman yang bisa mengganggu keharmonisan hubungan. Di Minangkabau, hubungan ipar dan bisan dianggap sebagai bagian dari tali tigo sapilin, yaitu konsep ikatan kekeluargaan yang bersifat kuat dan tidak mudah dipecahkan. Dengan demikian, meskipun ada jarak yang tetap dijaga dalam interaksi sehari-hari, kedua belah pihak terus berupaya untuk menjaga kedekatan dan mempererat hubungan dalam konteks kebudayaan yang penuh nilai gotong royong.

            Interaksi antara ipar dan bisan dalam adat Minangkabau mencerminkan pola hubungan yang unik dan kaya dengan makna. Meskipun terdapat aturan yang cukup ketat mengenai batasan dan etika berinteraksi, nilai-nilai saling menghormati dan bekerja sama tetap menjadi inti dari hubungan ini. Baik dalam situasi formal maupun informal, ipar dan bisan berusaha menjalankan peran mereka dengan penuh tanggung jawab, sehingga tercipta harmoni yang berkelanjutan dalam keluarga besar Minangkabau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun