Tuan Tuhan, bukan?Â
Tunggu sebentar, saya sedang keluar
Pada saat membaca puisi 'Tuan', citra visual yang terbayang kurang lebih seperti ini: ada seseorang yang didatangi Tuhan. Ketika berhadapan dengan Tuhan tersebut, orang tersebut mengatakan bahwa dirinya sedang keluar, sehingga Tuhan harus menunggu sebentar. Tentu bayangan visual semacam itu bukan merupakan kejadian yang normal. Bagaimana mungkin Tuhan bertamu ke rumah?Â
Dengan mendapati citra visual yang demikian, pembaca menjadi curiga bahwa memang Sapardi menyembunyikan sesuatu di balik puisinya tersebut. Sehingga makna dalam puisi tersebut tidak tersurat, melainkan tersirat. Pembaca tentu dapat menafsirkan makna puisi tersebut sebebas-bebasnya, tidak ada yang benar dan salah. Sebab, pada dasarnya setiap individu memahami simbol dengan cara yang berbeda-beda sesuai pengalaman dan pemikiran yang pernah terjadi pada dirinya.Â
Akan tetapi, tidakkah kita begitu penasaran dengan maksud si penyair yang sebenar-benarnya?
Pada acara Indonesia Menulis yang saya hadiri 24 September lalu, saya berkesempatan mendengar sharing beliau mengenai makna puisi tersebut. Â
Logikanya sederhana. Si orang tersebut tengah berhadapan dengan Tuhan, tapi dia mengatakan bahwa dirinya sedang ke luar. Tentu saja orang tersebut berbohong, bukan? Toh Tuhan melihat dengan jelas bahwa orang tersebut ada di hadapanNya, bahwa mereka sedang saling berhadapan. Dengan begitu, orang tersebut sesungguhnya mencoba berbohong, tetapi dia tidak dapat menyembunyikan kebohongannya tersebut. Kesimpulannya, kita (manusia) tidak dapat berbohong kepada Tuhan.Â
Ya, sesederhana itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H