Di ujung musim yg gugup, berkutat pada seluasan petak petak ruang yg tersekat, kita sama sama berjalan dengan rantai yg terikat di kaki, bicara tersengal dengan telapak saling membungkam pada mulut, lalu telinga kita yg di jejal jejal kain sumpalan agar tak terdengar lg sampah sampah serapah
Kita serahkan kehidupan rancu ini pada kedua tangan yg sibuk merabai gelap, krna mata kita sama2 tertutup oleh kain kain hitam
Kita menerka,tanpa kekata
Menuju musim usang  yg kerap terjeda
Sampai sekarat kita di makan usia
Sampai sekarat kita di tawan jenuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H