Nak,tak akan pernah bisa kau membaca garis tangan ,bagaimana bisa kau terlahir dari rahimku
Kecuali tentang betapa hitam kehidupan yg akan ku tawarkan kepada mu
Maka akan selalu kuingatkan kau nak,bahwa Tuhan meniupkan nafas pertama mu diantara dua kubu yg bertikai di tanah penuh anarki
Aku adalah tugu batu yg kokoh berdiri tegap di antara tikai yg tak pernah usai
Aku adalah tugu batu yg siap di hantam sejarah tentang beribu pertanyaan yg nanti akan terlontar dari mulutmu
Nak,mungkin kita harus belajar menjadi matahari yg ikhlas memberi dan berbagi
Atau mungkin kita bisa pergi tinggalkan segala petaka yg tak kunjung peka tanpa menoleh lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H