Mohon tunggu...
Rara Intan Mutiara Fajrin
Rara Intan Mutiara Fajrin Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pasca Sarjana IAIN Surakarta Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tanpa Gadget Akan Ketinggalan Zaman, Benarkah?

17 April 2016   12:13 Diperbarui: 17 April 2016   12:26 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti yang telah menjadi bahan tulisan dari pendapat, ide maupun pembicaraan banyak orang masa kini, gadget merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai gaya hidup orang, entah yang muda ataupun yang tua. Berbagai macam bentuknya para pengikut setia gadget ini selalu mengikuti perkembangannya dari awal hingga nanti berakhirnya kapan tak ada yang tahu. Hampir seluruhnya orang berbondong-bondong seperti berpesta mengganti alat komunikasi mereka yang dulu menjadi smartphone yang di dalamnya memiliki banyak fiture-fiture yang mudah diunduh. Melengkapi smartphonenya dengan berbagai akun media sosial. Tak perlu penulis sebutkan, sepertinya sudah hampir semuanya tahu yang bagaimana media sosial itu.

Dalam tulisan sebelumnya, terutama tulisan dari penulis, yang berjudul Jiwa Anak Terenggut Media Sosial dan Gadget Bukan Jaminan, sudah banyak membahas mengenai beberapa dampak dari mereka yang menjadi pecandu gadget masa kini. Dampak yang ditimbulkan, dari yang positif maupun negatif sebagian besar orang sudah mengetahuinya. Akan tetapi aktivitas diri mereka yang masih menggenggam dan terlena dengan media sosialnya masih saja berlanjut dan bahkan semakin bertambah banyak.

Jika ada sebuah pertanyaan, bagaimana dengan orang yang tidak memakai atau memiliki akun media sosial yang demikian itu? Jawaban yang seperti apa yang akan mereka berikan? Dianggap ketinggalan zaman kah? Dianggap gaptek kah? Dianggap tidak mampu membeli smarthpone kah? Jika benar dianggap ketinggalan zaman, gaptek atau lain sebagainya, lalu apa hanya mereka yang mampu dan punya banyak akun media sosial dianggap Maha Ilmu karena merasa dapat mengikuti arus perkembangan teknologi yang kian waktu selalu muncul pembaharuan?

Ketinggalan yang bagaimanakah jika seseorang tak memiliki sebuah gadget dan beberapa akun media sosial? Apakah karena mereka tidak memiliki akun media sosial tidak dapat mengakses informasi atau tidak dapat mengetahui up date status terbaru temannya yang mungkin cukup terbilang “lebay”? Apakah menyebarkan dan mengakses informasi diwajibkan lewat media sosial? Dengan alasan yang lebih simple dan tidak perlu repot harus mengirimkan surat lewat kantor pos atau menunggu datangnya surat kabar harian?

 Penulis akui, fungsi media sosial tidak hanya sekedar menunjukkan profil diri seseorang di dunia maya, tetapi juga dapat membagikan sebuah informasi dan menerima informasi melalui media tersebut. Informasi atau data yang diberikan juga cepat diunduh di mana saja, dan kapan saja. Bahkan dalam media tersebut juga dapat membuat grup pribadi yang isinya dari anggota keluarga maupun teman satu pekerjaan di kantornya. Berbagai grup juga dibentuk oleh orang tertentu dengan tujuan tertentu pula, seperti grup para operator sekolah misalnya, dengan tujuan untuk memberikan dan membagikan data yang harus dikerjakan oleh masing-masing operator sekolah. Atau grup alumni sekolah di salah satu sekolahan yang pernah ia berada di sana, dan masih banyak lagi grup-grup yang berada dalam akun media sosial.

Kembali pada pertanyaan sebelumnya, benarkah ketinggalan zaman jika seseorang tanpa gadget dalam kehidupannya? Coba dilihat dalam lingkungan sekitar, mereka yang belum menggunakan smarthphone atau belum terlihat asyik dengan gadgetnya terlihat merana? Bagi seseorang yang pada waktu itu sedang membawa smartphone atau terpaku pada gadget, mungkin akan merasa kasihan pada orang yang tidak memakai seperti apa yang ia pakai. Sedangkan, bagi orang yang dilihatnya belum tentu demikian. Karena di dunia ini masih ada orang yang keukeuh pada pendiriannya yang tidak mau diperbudak oleh gadget, meskipun sebagian besar ada yang rela mencuri barang tersebut demi mengikuti keinginan zaman yang seolah-olah menuntutnya sama dengan kebanyakan orang-orang sekarang ini. Di halte, di taman, di tempat kerja, di terminal, di bandara, tentu menjumpai beberapa orang yang gemar merunduk terpesona dengan benda yang ada di tangannya waktu itu. Bukan fenomena yang aneh lagi penulis rasa.

Kemudian dengan pelajar saat ini, wajibkah mereka difasilitasi smartphone jika hanya untuk memiliki akun media sosial? Untuk apa sebenarnya gadget bagi pelajar? Bukankah hanya dengan handphone biasa anak dapat berkomunikasi dengan orang tuanya? Tergantung bagaimana seseorang menanggapinya. Dikatakan wajib iya, ketika media tersebut memang benar dibutuhkan untuk menunjang pembelajarannya di sekolah, akan tetapi juga perlu arahan, pengawasan dari orang tua. Bukan berarti orang tua sekedar memfasilitasinya tetapi terlepas dari pengawasannya. Dikatakan tidak terlalu wajib juga demikian, jika benda semacam itu digunakan hanya untuk terlihat gengsi sebagai pelajar yang harus terlihat gaul dan tidak ketinggalan zaman.

Pelajar yang diberi kebebasan membawa dan asyik dengan gadget di sekolah, memiliki kecenderungan tidak memperhatikan pelajaran dengan baik, sering bukan menemui pelajar yang demikian? Asyiknya tangan dibawah meja hanya karena itu. Mengasingkan dirinya dari teman-temannya karena mendapat game baru di tabletnya, atau di laptopnya, terlebih difasilitasi dengan wifi di sekolahnya, akan menambah kenikmatan dalam bermain gadget.

Jika hanya untuk mendapatkan informasi atau menyebarkan informasi, dengan fasilitas umum pun bisa, tidak mengharuskan setiap orang memilikinya, apalagi memiliki dengan hasil mencuri, sudah bukan tindakan yang mulia lagi karenanya. Ada banyak jasa di negara ini jika untuk memberikan maupun menerima informasi. Menurut penulis, hal yang demikian juga bukan ketinggalan zaman, karena masih ada layanan publik yang berfungsi sebagaimana mestinya. Penulis juga pernah menjumpai seorang bapak-bapak di warnet, membuka salah satu situs hanya sekedar membaca warta online, dia tidak membawa sebuah benda canggih ditangannya, tapi di wajahnya terlihat senang seolah-olah tak peduli dengan apa kata orang di sekitarnya. Dengan demikian, masihkah anggapan ketinggalan zaman tanpa gadget diberlakukan? Telaah sesuai keadaan sekitar masing-masing, dan ambil manfaatnya dari sebuah gadget, dan gadget bukanlah jaminan, seperti yang pernah penulis tuliskan di Kompasiana sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun