Mendengar BBM naik, masyarakat mengeluh, karena bahan-bahan pokok lainnya ikut naik. Belum dengan alasan gaji mereka per bulan menetap di angka itu-itu saja. Baru beberapa saat harga BBM dinaikkan, mendengar BBM dinaikkan lagi, darah seakan mendidih. Haha... lucu rasanya kebijakan-kebijakan negara ini yang lebih sering banyak kontranya dibandingkan dengan “pro”.
Kritikan-kritikan dan demo dari mahasiswa tak menuai apa pun rasanya, kebijakan-kebijakan yang dibuat dengan menurunkan harga BBM hanya sebagai bagian dari rasa takut akan banyak masa yang mengamuk di waktu demo. Coba diingat-ingat kembali, sudah berapa kali dalam periode pemerintah yang baru ini harga BBM dinaik-turunkan??? Atau mungkin dalam hitungan bulan harga BBM dinaikkan kemudian diturunkan. Untung bukan harga diri ini sendiri yang dinaik-turunkan.
Beberapa waktu lalu, atau kemarin, harga untuk pertamax yang dijual di eceran adalah sembilan ribu rupiah, sekarang sudah turun menjadi delapan ribu lima ratus rupiah. Harga untuk premium juga sama halnya, yang biasanya para pengecer menjualnya delapan ribu lima ratus rupiah menjadi tujuh ribu, itupun jika para penjual menurunkan harga ecerannya.
Sedang mengenai pembayaran tiap bulannya bagi mereka yang memiliki BPJS, bahwa bayaran naik untuk BPJS, masyarakat menuai rasa keberatan jika harus membayar lebih, mengingat, mungkin sebagian dari mereka belum menerima kenaikan gaji untuk hasil kerjanya. Bukankah ini seperti sebuah permainan agar keadaan pro-kontra stabil? Tidak menjadi boomerang bagi pemerintah ataupun tidak menjadi hal yang menurut aturan itu seharusnya ditaati oleh warga negaranya. Mau atau tidak mau sebenarnya masyarakat tetap menjalankan kebijakan tersebut, karena jika tidak seperti itu maka masyarakat juga tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya.
Kita sudah sering mendengar perihal harga BBM yang naik kemudian turun, sedangkan dengan berita beberapa waktu lalu mengenai BPJS yang akan dinaikkan iuran per bulannya apakah mereka yang memiliki BPJS akan memprotes agar tidak jadi dinaikkan? Dan apakah memang naiknya iuran tersebut sudah terlaksana atau belum? Menurut Anda bagaimana dengan hal yang demikian? Ketika masyarakat diberi kesempatan merasakan harga BBM turun, tapi justru mereka harus menambah isi kantong mereka untuk membayar BPJS setiap bulannya. Seperti timbangan yang berat sebelah saja, dan seperti jungkat-jungkit anak-anak di sekolahnya, ketika yang satu naik maka yang satunya harus turun. Bukankah ini seperti kondisi dimana posisi Harga BBM turun, di satu posisi iuran per bulan BPJS berada di atas alias naik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H