Mohon tunggu...
Rara Intan Mutiara Fajrin
Rara Intan Mutiara Fajrin Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pasca Sarjana IAIN Surakarta Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini yang Diributkan

24 April 2017   20:19 Diperbarui: 25 April 2017   07:00 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sengaja penulis tuliskan tidak pada waktunya, yakni tanggal 21 April 2017. kebetulan dan jelas sekali di setiap tanggal tersebut diadakan acara-acara meriah untuk memperingati Hari Kartini. Hampir di setiap sekolah memperingatinya, bahkan sampai-sampai petugas SPBU di sebuah tempat juga berpartisipasi untuk merayakannya, petugas wanita di SPBU tersebut menggunakan kebaya sambil bertugas mengisi bahan bakar para pengendara.

Apa yang membuat Raden Ajeng Kartini begitu spesial di hati masyarakat? Apakah karena jawaban yang melegenda ini? "karena Kartini memperjuangkan Hak-hak Wanita dan karena surat-suratnya yang kemudian dijadikan dan dijuluki dengan Habis Gelap Terbitlah Terang." ternyata ada sebagian orang yang memprotes tentang peringatan Hari Kartini. tak perlu penulis sebutkan, akan tetapi barangkali pembaca mengalami hal serupa yang penulis tuliskan ini.

singkat cerita, di sebuah Group Whats App, ada salah seorang anggota yang mengirimkan pesan panjang tentang R. A Kartini dengan berbagai penilaian yang sedikit condong ke arah penilaian negatif. intinya mengapa harus R. A. Kartini yang dijadikan simbol pahlawan wanita, padahal ada yang lebih pantas untuk diperingati sebagai pejuang wanita. kurang lebih begitu, merasa tidak terima jika harus R. A Kartini. dari pesan panjang tersebut, tidak sedikit yang menanggapinya, bahkan menjadi bahan debat kusir sampai membawa-bawa agama sendiri hanya karena ini. sedang ada pula anggota lainnya menanggapi dengan santai, anggap saja setiap orang berhak menyebut Kartininya sendiri-sendiri. "Negara punya R. A Kartini, orang Kristen punya Kristina Marta Tiahahu, orang Islam punya Rahmah, dan lain sebagainya." kurang lebih begitu. lalu, adakah yang salah dengan pernyataan tersebut???

kalau diingat-ingat sejarahnya, jelas ini berkaitan dengan zaman penjajahan Belanda 350 tahun lamanya. tidak setujunya Kartini dijadikan pahlawan wanita ini karena taktik politis Belanda waktu itu (ini salah satu isi pesan yang ada di WA tersebut yang penulis tangkap maksudnya). Ya memang, Kartini surat-menyurat dengan orang Belanda, yang intinya ingin memperjuangkan haknya sebagai wanita agar setara mendapat pendidikan di negaranya sendiri, kemudian Kartini berhasil mewujudkan keinginannya itu. lalu ketika beliau meninggal, beberapa tahun kemudian pemerintah menetapkan pada tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. lalu apa yang diributkan dari Kartini?

Apa yang harus diributkan soal Kartini? mengapa sebagian menyebarkan sejarah tentang Kartini yang berkaitan dengan politis Belanda? mengapa seolah-olah dari belakang Kartini harus diganti dengan pahlawan wanita yang pantas menurut golongan tertentu? "Harusnya yang jadi pahlawan wanita itu si ini, bukan si dia." kata-kata seperti ini apakah layak untuk diperdebatkan di Hari Kartini?

pertanyaan-pertanyaan penulis tersebut kurang lebih bagi mereka yang suka berpendapat apa lagi mendebat akan senang sekali melontarkan kata-kata yang kadang pedas dan tidak menyenangkan untuk dibaca. dengan berbagai kata ba-bi-bu mereka akan mencarikan referensi alasan tentang Kartini. bagi penulis, hal di atas tak perlu diributkan. sikapi dengan tepat. akan tetapi entah mengapa, di zaman yang sudah serba enak ini justru menjadi persoalan yang harus benar-benar diperbaiki etikanya dalam menyampaikan sanggahan, menyertakan alasan yang aktual dan lebih bermanfaat. seakan-akan media yang mereka gunakan bebas lepas pengawasan dari orang lain. kita kan hidup di Indonesia, yang sudah lama mengajarkan sopan dan santun, sudah tahu pula bahwa faktanya Indonesia memiliki budaya ras suku agama yang berbeda-beda, memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, akan tetapi mengapa sesama penganut kadang justru beradu argumen dan saling merasa bahwa pendapatnya, ilmunya, dan lainnya merasa paling benar sendiri? belum lagi bila bertemu dengan orang yang berbeda agama, terkadang lebih parah lagi, saling menjatuhkan dan menghina. di mana sebenarnya letak rasa dan pemahaman mereka tentang negaranya sendiri yang mengajarkan toleransi?

kembali pada R. A Kartini, apa yang salah dari R. A Kartini? padahal beliau telah berjuang demi wanita-wanita Indonesia, beliau juga membutuhkan usaha, kerja keras dan tekad yang kuat untuk mewujudkan impiannya. kehidupannya juga tak semudah kita di zaman sekarang, tak perlu lagi kirim surat, tinggal kirim e-mail, inbox facebook, chat BBM dan lain sebagainya. Apa perlunya menghujat sebagian sejarah kehidupan Kartini? Tidak perlu. tidak perlu pula membanding-bandingkan perjuangan Kartini dengan Pahlawan Wanita Indonesia yang lainnya. Semua bisa jadi Pahlawan. kenapa harus meributkan peringatan Hari Kartini? Yang katanya menyalahi ini itu. padahal jelas itu adalah keputusan pemerintah menetapkan Hari Kartini pada tanggal 21 April 2017. mengapa harus ribut? kalau sekarang merasa tidak terima dengan keputusan tersebut, kenapa tidak dari dulu saja protesnya? lagi pula R. A Kartini sudah lewat masa hidupnya, yang sudah berjasa untuk negaranya sendiri, mengapa harus diributkan? kalau merasa tak sependapat dengan sejarah Kartini, tak perlulah menyebarkan pernyataan-pernyataan yang kurang baik tentangnya. Ambil mana sisi baik dari R. A. Kartini, sudah itu saja cukup. tanpa harus memperdebatkan R. A Kartini yang sudah lama pula diperingati oleh masyarakat Indonesia dengan budaya mengenakan pakaian kebaya, atau mengisi kegiatan lomba di hari Hartini dan lain sebagainya.

penulis menulis ini tidak mempunyai maksud tertentu, tetapi penulis hanya merasa heran dengan sikap sebagian orang yang diam-diam di sebuah Group demikian, selalu mencari perdebatan yang menurut penulis itu tidak perlu disikapi dengan keras. pesan penulis, alangkah baiknya mencari sumber atau fakta sejarah yang lebih valid sebelum menyebarkan informasi tentang apa pun mengenai sejarah, biografi orang, kelompok seseorang dan lain sebagainya guna menghindari kesalahpahaman seseorang membaca pesan tersebut, dan dapat menimbulkan perdebatan panjang yang akhirnya bisa melukai seseorang karena ulasannya. karena zaman sekarang tulisan lebih pedas dibandingkan lidah sendiri. hehehe... Salam damai untuk semua... mari pererat persatuan demi keutuhan negara Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun