Terkait dengan Hari Kartini, ternyata ada beberapa sekolah yang masih melestarikan budaya untuk memakai pakaian adat atau kebaya dan berdandan cantik ke sekolah, bahkan mungkin gurunya juga tidak mau kalah. Salah satu SD yang mana penulis mengajar ekstrakurikuler di sana, juga mengenakan pakaian tersebut pada hari Kartini, para siswa-siswinya berdandan bagus dan cantik ke sekolah.
 Ternyata masih ada beberapa apresiasi unik dalam memperingati Hari Kartini ini, jelang di hari-hari sebelumnya, di beberapa sekolah mengadakan lomba untuk para siswanya dalam rangka memperingati Hari Kartini. Sejauh ini, yang penulis ketahui – salah satu SD lagi dimana penulis mengajar ekstrakurikuler di sana – di beberapa sekolah ada yang mengikutkan siswanya untuk lomba mewarnai gambar Ibu Kartini (di kelas kecil seperti kelas 1-3), sedangkan untuk siswa lainnya lomba menggambar Ibu Kartini. Selain itu, juga ada yang berlomba untuk membacakan syair puisi tentang Kartini sebagai Pahlawan. Masing-masing dari kategori tersebut akan dipilih dan ditentukan siapa juaranya, dan sudah tentu mereka yang menjadi juara mendapatkan bingkisan dari kejuaraannya.
Tidak hanya di SD yang mengadakan lomba melukis wajah Sang Pendekar Kaum Wanita, tepat di hari kemarin – Rabu, 20 April 2016 – ketika penulis sedang berkunjung di SMA tempat penulis belajar dulu (alumni di sekolah tersebut) untuk mencari informasi atau data mengenai kegiatan yang menarik untuk penulis teliti, salah seorang guru yang sangat penulis kenal dan tentu ingat, meminta untuk menilai hasil dari lukisan siswa-siswa di sana yang mana dari lukisan tersebut adalah mirip dan bagus hasilnya.Â
Penulis sedikit tercengang, karena sejak penulis duduk di bangku SMA, belum pernah ada apresiasi seperti itu, walaupun demikian penulis tetap bangga ada beberapa hal kemajuan dari guru maupun siswanya dalam memperingati hari Kartini.
Merasa bahwa guru tersebut percaya dengan penulis – karena lukis adalah bidang yang pernah penulis geluti dari TK hingga sekarang – mengenai seni rupa, maka dengan senang hati saja penulis memilih dua karya siswa yang terbaik untuk patut diacungi jempol. Dua karya yang penulis pilih sama-sama berwujud dalam sektsa hitam putih, akan tetapi satu karya yang satu mengunakan teknik arsir, hasilnya cukup bagus untuk ukuran siswa SMA, karena tidak semua siswa dapat membuatnya hingga gambar yang dihasilkan hampir mirip dengan Ibu Kartini semasa hidupnya. Arsiran yang dibuatnya cukup halus dan rapi, penulis salut dengan siswa-siswa di sana.
Penulis menyadari, dan memahami dari hasil pengamatan penulis selama ini, ternyata menanamkan rasa nasionalisme terhadap pelajar tidak hanya sekedar kata-kata saja. Akan tetapi dengan berbagai tindakan seperti di atas sebagaimana penulis sebutkan. Ada nilai positif dari kegiatan tersebut. Di antaranya, pelajar dapat mengingat bagaimana wajah sang pendekar kaum wanita, pelajar tidak melupakan sejarahnya hingga dapat memerdekakan kaum wanita, dan pelajar dapat menunjukkan potensi atau bakatnya dengan membaca puisi, melukis, atau menjadi model.Â
Meski bidang-bidang tersebut bukanlah di bidang akademis, pelajar dapat menemukan hobi dan kesukaannya. Selain itu, dalam menanamkan rasa nasionalisme pada pelajar akan terus berjalan. Jika saja di setiap peringatan hari-hari nasional diadakan kegiatan serupa dengan hari Kartini, penulis rasa, penanaman nasionalisme di jiwa pelajar dapat terpupuk sejak dini, dan harapan penulis, para pelajar ini kelak dapat memberikan gelar generasi penerus bangsa seperti Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno yang diakui sebagai Macan Asia.
[caption caption="Gambar Kartini"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H