Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah lentivirus dari famili Retroviridae yang paling di kenal sebagai agen penyebab AIDS. Virus menginfeksi sel inang dengan mengikat molekul CD4 pada membran sel. Hiv dapat ditularkan melalui kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina yang terinfeksi selama hubungan seks tanpa kondom dengan seseorang yang mengidap HIV. Gejala infeksi HIV meliputi pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat bada, lesu, demam, dan menggigil di malam hari (de Lara, Parthasarathy, & Rodriguez-Garcia, 2021;Teer, Joseph, Glashoff, & Faadiel Essop, 2021).
Tingginya prevalensi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah kasus HIV tertinggi. Prevalensi HIV secara keseluruhan diperkirakan sebesar 0 · 4% (560.000) dan dapat melebihi 17 · 9% pada populasi kunci, dengan sekitar 27.000 orang didiagnosis terinfeksi HIV pada beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, 46,34% penderita adalah homoseksual, dan 45,68% adalah heteroseksual.
Perilaku seksual berisiko yang meningkatkan penularan HIV pada LSL antara lain melakukan seks anal tanpa menggunakan kondom, melakukan seks anal dengan pasangan yang status HIV-nya tidak jelas, dan memiliki banyak pasangan seksual.2,3 Dua faktor yang berpengaruh positif terhadap risiko perilaku seksual adalah penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya.4,5
Selain itu, penularan HIV melalui jalur ibu ke anak menyumbang sebesar 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV lainnya. Dampaknya, sebanyak 45% bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan lahir dengan HIV. Dan sepanjang hidupnya akan menyandang status HIV Positif.
Referensi
https://doi.org/10.1016/bs.mim.2021.03.002
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.052
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H