Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Harapan Lepas, Ikhlas

15 September 2015   11:39 Diperbarui: 15 September 2015   11:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia hidup penuh dengan pengharapan. Baik itu kepada Tuhan, atasan, istri, anak-anak dan orang-orang yang ada disekitar. Meskipun sebenarnya manusia tidak diperbolehkan berharap pada mahluk selain sang pencipta, tapi kenyataanya sangat sulit menghindarinya. Tinggal seberapa besar pengharapan tersebut.

Sejatinya, kita tidak bisa berharap terlalu tinggi kepada mahluk, selain Tuhan. Kepada istri, misalnya. Tentu kita berharap akan menjadi istri yang sempurna seperti keinginan kita. Mampu mengurus semua pekerjaan rumah, mampu menjaga anak-anak, mendidik anak-anak bahkan mematikan kran air sebelum tidur. Besar sekali harapan-harapan yang kita inginkan darinya.

Begitu juga kepada teman. Terkadang kita berharap teman akan selalu ada saat dibutuhkan. Menghibur ketika bersedih, memberikan solusi saat dalam masalah, mendengarkan kala kita bercerita. Atau bahkan memberikan pinjaman uang saat kekurangan dana diakhir bulan.

Pada anak-anak tidak kalah besarnya harapan yang diimpikan. Mulai dari hal kecil sekalipun. Diantaranya, mengharapkan anak mendapat rangking disekolah, menjadi juara dalam lomba acara perayaan HUT Kemerdekaan 17 Agustus. Mampu membaca iqro, Al Quran, bahkan menjadi qori atau qoriah.

Pun kepada atasan ditempat kerja. Kita sangat berharap atasan akan memberikan perhatian, memberikan perlindungan dan memberikan keadilan. Misalnya, mempromosikan kepada manajemen ketika ada kebutuhan tenaga baru untuk jenjang yang lebih tinggi, kenaikan gaji, bahkan untuk hal mungkin dianggap sepele.

Apakah harapan itu salah?

Menurut saya tidak. Apalagi ketika semua yang menjadi tanggung jawab sudah dilaksanakan. Ya, seperti kata orang bijak semua harus ada timbal balik. Ketika kita memberi tidak ada salahnya kita mengharapkan imbalan, dan yang pasti harapan bahwa Tuhan akan memberikan ganjaran yang setimpal atas kebaikan yang dilakukan.

Itulah pengharapan yang semestinya. Pengharapan kepada mahluk hanya berlaku untuk yang bersifat duniawi. Kepada istri misalnya. Seorang suami berharap istrinya menjadi istri yang sempurna menurut frame yang ada dibenak kita, tapi apakah kita harus meninggalkannya ketika harapan itu tidak tercapai. Tentunya tidak, kalau hal tersebut sampai terjadi justru keburukan yang kita lakukan.

Begitu juga kepada orang-orang yang ada disekitar. Ketika apa yang diharapkan dari mereka tak perlu dihakimi, dimusuhi, atau marah. Biarkan saja semuanya berlalu, karena ada yang lebih berhak mengatur semuanya, yakni Tuhan. Pemahaman seperti itulah yang sejatinya ada dihati. Sadar bahwa kita hanya mahluk ciptaan Tuhan yang lemah dan tidak dapat berbuat melebihi kekuasaan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun