Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Ingkari Status Mu.............

19 Juni 2010   10:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar atau tidak, Kita punya banyak status. Sebagai seorang pria dewasa yang sudah beristri, tentu menyandang status sebagai kepala keluarga, ayah dari anak-anak dan suami dari istri. Dalam konteks ini saja, Kita sudah punya beberapa status.

Masing-masing status tentu punya konsekuensi dan tanggung jawab. Sebagai seorang suami, tentu Kita tidak bisa seenaknya berjalan dengan wanita lain. Entah itu wanita yang masih single atau pun yang sudah berstatus sebagai istri orang lain. Begitu juga dengan status sebagai kepala keluarga, harus bertanggung jawab terhadap keluarga. Mulai dari memenuhi kebutuhan akan makan, tempat tinggal, pakaian dan rasa nyaman bagi anak dan istri.

Status sebagai seorang ayah dari anak-anak juga punya tanggung jawab yang besar. Ayah tentu tidak akan bersikap seperti anak-anak yang seenaknya. Padahal Ayah adalah seorang contoh bagi anak-anak.

Dalam lingkungan yang berbeda, di tempat kerja misalnya. Disini, mungkin Kita menyandang status sebagai seorang manajer, supervisor atau staf biasa. Atau di organisasi kemasyarakat, Kita mungkin menyandang status sebagai tokoh masyarakat, tokoh pemuda atau Ketua RT. Dalam kamus Bahasa Indonesia, status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan dll) dalam hubungan dengan masyarakat disekelilingya.

Status sepertinya akan berubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada diri Kita. Semisal, pria yang belum menikah kemudian mengikat janji dihadapan penghulu dengan wanita pilihannya. Secara alamiah, statusnya akan berubah, dari lajang menjadi pria yang beristri. Tidak lagi single.

Misalnya pula, seorang pengangguran yang tiba-tiba diterima bekerja di sebuah perusahaan. Sebaliknya, seorang pekerja yang mendadak di pecat dari pekerjaanya lantaran telah berbuat kesalahan yang fatal.

Namun, terkadang banyak dari Kita sering kali mengingkari status yang disandang. Kok bisa! Apakah ini alami atau tidak, hanya Kita yang tahu. Mungkin Kita pernah membaca berita di media baik cetak maupun elektronik, seorang pria beristri tertangkap basah lagi berhubungan badan dengan perempuan yang bukan "hak" nya di sebuah kamar hotel. Sebagai seorang suami, tentu hanya boleh melakukan hubungan seksual dengan istri.

Apakah Kita masih sering mengikari status ? mari Kita jadikan renungan.(*)

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun