Mohon tunggu...
rapi
rapi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

bibit Skylar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Yadnya Kasada: Tradisi Sakral di Tanah Jawa

1 Agustus 2024   09:15 Diperbarui: 1 Agustus 2024   09:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi unik yang menjadi warisan budaya para pendahulunya. Jawa Timur sebagai provinsi yang kaya akan tradisi dan budaya, mempunyai tradisi yang sangat terkenal dan disegani yaitu Yadnya Kasada. Tradisi ini dihormati oleh masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Bromo di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Yadnya Kasada merupakan ritual pengorbanan yang dilakukan pada tanggal 14 bulan Kasada menurut penanggalan tradisional Hindu Tengger.

Menurut legenda, tradisi ini bermula dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger, sepasang suami istri yang berdoa kepada dewa untuk mendapatkan seorang anak. Setelah keinginan mereka terkabul dan dikaruniai 25 orang anak, mereka terpaksa menepati janjinya dengan mengorbankan anak bungsunya ke kawah Gunung Bromo sebagai tanda terima kasih kepada para dewa. Sejak saat itu, masyarakat Tengger meneruskan tradisi tersebut dengan mempersembahkan hasil bumi dan hewan ternak ke kawah Gunung Bromo. Tradisi ini merupakan simbol pengorbanan dan rasa syukur kepada masyarakat Tengger.

Yadnya Kasada bukan sekadar upacara biasa, tetapi juga merupakan ritual yang sarat makna spiritual dan budaya. Upacara ini diawali dengan persiapan yang matang oleh masyarakat Tengger. Mereka mengumpulkan hasil pertanian, ternak dan masih banyak sesaji lainnya untuk dibuang ke kawah Bromo. Pada puncak upacara yang biasanya bertepatan dengan bulan purnama, masyarakat Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo. Mereka berdoa dan melantunkan mantra untuk meminta berkah dan perlindungan dari para dewa.

Makna utama dari tradisi Yadnya Kasada adalah rasa syukur masyarakat Tengger atas hasil panen dan ternaknya. Dengan membuang sebagian hasil kerja keras mereka ke kawah Gunung Bromo, mereka percaya bahwa para dewa akan terus memberkati mereka dengan hasil panen yang baik dan melindungi mereka dari segala bencana. Selain itu, Yadnya Kasada mengajarkan nilai pengorbanan, keramahan, dan menjaga keharmonisan hubungan dengan alam. Masyarakat Tengger memahami bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada alam.

Ada beberapa hal yang membedakan tradisi Yadnya Kasada dengan tradisi lain yang ada di Jawa Timur. Pertama, lokasinya yang berada di kawasan pegunungan Bromo, merupakan gunung berapi aktif dan salah satu destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Kedua, prosesi tersebut mencakup pengorbanan ke kawah, sesuatu yang jarang terjadi dalam tradisi lain. Ketiga, adanya perpaduan antara kepercayaan Hindu dan adat istiadat setempat yang menciptakan tradisi unik, kaya akan nilai spiritual. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri.

Dengan demikian, Yadnya Kasada merupakan tradisi yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dan kearifan lokal masyarakat Tengger. Tradisi ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang perlu dilestarikan, tetapi juga menjadi contoh bagaimana masyarakat lokal dapat menjaga keharmonisan dengan alam dan spiritualitasnya. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi seperti Yadnya Kasada, kami turut menjaga keberagaman budaya dan kekayaan spiritual Indonesia. Kesadaran ini penting agar generasi mendatang tetap menghormati dan melestarikan tradisi nenek moyang.

Seiring berjalannya waktu, tradisi Yadnya Kasada pun mulai menarik perhatian wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Wisatawan datang ke sini tidak hanya untuk mengagumi keindahan alam Gunung Bromo tetapi juga untuk merasakan kekayaan budayanya. Pemerintah setempat dan masyarakat setempat terus berupaya menjaga keaslian tradisi ini sekaligus memenuhi permintaan pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan, saling mendukung dan memperkaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun