Anekdot bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ada yang melihat sebagai komedi, sindiran, kritikan, dll. Di artikel tersebut dapat dilihat apa yang terjadi apabila orang melihat anekdot sebagai kritikan. Artikel ini menyatakan bahwa anekdot memiliki banyak fungsi.
Anekdot itu merupakan teks singkat yang biasa berisi sindiran, lucuan, dll. Anekdot biasa merupakan kisah pengalaman seseorang, namun bisa juga sebuah karya fiksi. Anekdot bisa diumpamakan sebagai cerpen yang lebih singkat dengan aspek komedi di dalamanya. Anekdot ini harus ada sifat komedinya agar bisa memenuhi fubgsinya sebagai hiburan.
Ikan Curian Gus Dur Jadi Halal
Gus Dur menjadi santri di Pondok Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam (Ponpes Salaf API) Tegalrejo, Magelang, antara 1957-1959. Gus Dur bersama beberapa teman-temannya merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang Guru, Kiai Haji Chudlori Tegalrejo.
Waktu itu, Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam sementara Gus Dur mengawasi di pinggir kolam,"
Gus Dur tak ikut masuk ke kolam dengan dalih mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama kemudian, lanjut dia, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian. Gus Dur kepada KH Chudlori , kalau tadi ikan milik kiai telah dicuri dan Gus Dur mengaku berhasil mengusir para pencuri itu, ikan hasil curiannya berhasil Gus Dur selamatkan.
Atas "jerih-payah" Gus Dur itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus Dur supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu akhirnya dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya.
Jelas Gus Dur mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi. Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah hasilnya.
"Wong awakmu yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin seko kiai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah halal, karena telah mendapat izin dari kiai)
Anekdot ini berpesan bahwa jika ingin mendapatkan sesuatu harus halal, namun Pak Gus Dur menambahkan lelucon untuk pesan tersebut.
Menurut saya, teks anekdot memiliki fungsi dominan untuk hiburan singkat yang dipakai untuk melucu. Teks anekdot bisa dianggap sebagai saran untuk seseorang dalam bentuk cerita komedi. Anekdot sebaiknya tidak diianggap sebagai kritikan keras yang serius, bentuknya saja memiliki tujuan komedi yang berarti lucu. Anekdot juga cenderung fiksi dan sebaiknya tidak dianggap serius karena bisa menyebabkan kesalahpahaman. Jika, kegaduhan terjadi karena kesalahpahaman membaca anekdot maka itu berlebihan sekali.
Teks anekdot dari Pak Gus Dur ini bisa digunakan untuk misal stand-up komedi. Anekdot ini memiliki kesan lucu, maka bisa dipakai untuk melucu di depan umum. Selain itu dapat digunakan untuk melucu bersama teman-teman saat berbincang. Menambah hal-hal seperti ini dapat membuat suasana lebih menyenangkan.