Mohon tunggu...
Raphael Pascal Dyandra
Raphael Pascal Dyandra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang Pelajar

Sepeda, audio, kopi, fotografi, apa ajalah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Toleransi di Tengah Sarung: Merangkul, Berbagi, dan Rayakan Iman Kita

23 November 2024   21:53 Diperbarui: 23 November 2024   23:34 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Kanisian dan para santri/santriwati (dokumentasi pribadi)

Agama adalah sebuah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya. Secara singkat, agama adalah sebuah institusi yang mengatur suatu kepercayaan. Di Indonesia, terdapat enam agama yang diakui oleh negara, yakni Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Indonesia yang kaya akan keberagaman agama, suku, ras, budaya, dan golongan menjadikan sebuah tantangan sendiri untuk menyuarakan semangat persatuan dan kesatuan. Salah satu solusi menghadapi tantangan tersebut dengan cara mengadakan kegiatan lintas keberagaman untuk membuka wawasan para masyarakat terhadap keberagaman itu.

Kegiatan lintas agama diadakan setiap setahun sekali oleh sekolah SMA Kolese Kanisius Jakarta. Siswa Kanisian (sebutan akrab murid Kanisius) melakukan studi banding ke beberapa pondok pesantren yang ada di Banten dan Jawa Barat. Kegiatan ekskursi ini menjadi sebuah pengalaman menarik bagi para Kanisian belajar hidup di lingkungan dan kultur yang sangat berbeda.

Menjadi Santri

Kurang lebih tiga hari dua malam, 30 Kanisian tiba di Pondok Pesantren Terpadu Bismillah, Kabupaten Serang, Banten. Terlihat wajah-wajah hangat siswa dan santri menyapa para Kanisian setibanya di pondok.

Nilai kehidupan, seperti kesederhanaan dan bersyukur sangat diimplementasikan di pondok pesantren. Berbeda dengan Kanisian yang tinggal di kawasan perkotaan, para santri tinggal dengan fasilitas seadanya dan hidup sederhana.

Kami berdinamika bersama para santri dan santriwati, mulai dari makan, belajar, dan bermain. Saya menyadari kalau kami memiliki rutinitas yang kurang lebih sama yang semakin meyakinkan saya kalau kita semua sama-sama manusia, tidak ada yang lebih dari yang lainnya.

Tak jarang juga para santri terlihat antusias mau mengenal dan belajar tentang agama Kristiani, sebagaimana mayoritas para Kanisian berkeyakinan Katolik dan Kristen. Di waktu luang, kami bertukar pikiran dan cerita tentang pengalaman beragama masing-masing yang semakin membuka pikiran kami. Hal ini membuka hati bahwa perbedaan pasti selalu ada di sekitar kita, mulai dari pikiran, tata cara, dan perilaku yang justru membuat keunikan disekitar kita.

Pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah belajar menggunakan sarung ala santri. Berbeda dengan yang diajarkan bapak saya, tata cara menggunakan sarung khas santri terasa lebih nyaman dan tidak mudah lepas walau di tengah aktivitas berat. Pengalaman ini membuat saya merasa dekat dengan para santri.

Salah satu kebiasaan di pondok ini adalah setiap bulan diadakan Sholawatan Maulid Diba. Sholawatan ini berisikan syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW, diiringi dengan alat musik marawis yang meriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun