Mohon tunggu...
Raphael Pascal Dyandra
Raphael Pascal Dyandra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang Pelajar

Sepeda, audio, kopi, fotografi, apa ajalah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Profesor dan Skandal Gelar

18 Agustus 2024   17:06 Diperbarui: 18 Agustus 2024   17:15 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesor atau guru besar, merupakan sebuah jabatan yang menyatakan keahliannya di bidang tertentu. Gelar ini jabatan gelar tertinggi dalam dunia pendidikan terutama di dalam dunia kuliah. Untuk menyandang jabatan ini diperlukan syarat-syarat yang salah satunya adalah publikasi karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Akan tetapi, gelar fungsional ini nyatanya disalahgunakan oleh para pemburu gelar.

Guru besar palsu ini nyatanya sudah ada sejak zaman orba. Pada tahun 1958, Profesor Djokosutomo M.A. seorang pendiri Universitas Madjapahit di Kebayoran Lama ditangkap oleh Kejaksaan Agung. Ia berhasil menipu 7.000 mahasiswa yang terdaftar di Universitas Madjapahit dengan gelar tersebut. "Gelar" M.A. teryata hanyalah singkatan dari Marto Atmojo. Lebih parahnya lagi, Ia hanya seorang lulusan sekolah rakyat atau sekolah dasar.

Melansir dari majalah Tempo.co, metode yang berbeda juga dilakukan oleh para profesor gila gelar. Berbeda dengan yang dilakukan Djokosutomo, mereka melakukannya lewat jalur belakang akademik. Publikasi jurnal internasional bereputasi adalah syarat untuk mendapatkan jabatan ini. Mereka mempublikasi tulisan mereka di jurnal predator, bahkan mengambil karya ilmiah dari para mahasiswa yang dengan kerja keras menulis tugas akhir mereka. 

Hal ini dibuktikan dari Indonesia menempati posisi kedua dengan hal ketidakjujuran akademik setelah Kazakstan. Sejak enam tahun lalu, pemerintah berambisi mencetak guru besar menjadi 20% dari total dosen. Kebijakan kuantitatif ini akhirnya menciptakan pasar bagi para yang kebelet menjadi profesor. Bagi para pelaku skandal ini diyakini akan mendatangkan pengakuan akademik dan penghasilan tambahan dari kampus. 

Sama seperti gol tangan Tuhan oleh Diego Maradona, semua dapat diraih dengan cara apapun. Namun, tanpa kesadaran hati nurani manusia, kasus ini dapat mencoreng integritas pendidikan Indonesia jika semua dilakukan dengan seenak jidat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun