5. Novel ini bertabur fakta tentang tempat, makanan, musik, peristiwa atau kebiasaan-kebiasaan khas untuk memperkuat setting.
Yang menurut saya kurang.
1. Saya pikir, dengan identitas Sabai yang berdarah campuran Minang-Korsel, itu akan menjadi fokus dari cerita. Namun, hal itu sedikit melenceng dari blurb-nya. Benturan budaya itu hanya terlihat dari kisah orang tuanya, bukan dari Sabai sendiri. Meskipun kisah Sabai tetap menarik untuk diikuti, tetapi saya tetap mengharapkan pergumulan batin maupun kehidupan sosial Sabai dikupas lebih mendalam.
Novel ini banyak mengambil latar di Korea. Kalau kalian suka hal-hal yang berbau Korea, novel ini boleh jadi teman halu kalian. Romantis seperti drama-drama Korea? Cari tahu sendiri ya. Saya merekomendasikan buku ini kalian penyuka cerita berkaitan dengan silang budaya, dijamin suka. Beragam rasa akan kalian temukan, ada makanan yang bikin lapar, horor tipis yang tetap bikin merinding, humor ringan tapi tetap lucu, drama kehidupan yang bikin haru. Belum lagi ada pengetahuan terselip di sana-sini.
Terkait ending? Kalian simpulkan saja sendiri ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H