Kebetulan aku terbangun karena sebuah mimpi yang aneh. Kalau sudah begini, maka benda yang pertama kucari adalah ponselku -itu sudah semacam ritual pagi dan aku terbangun pukul 04.32.
Saat sedang asyik mengusap-usap layar ponsel, pintu indekosku yang hanya berbentuk kamar kecil 2 x 2 m, diketuk dengan jeda beberapa detik sambil memanggil-manggil namaku.
Aku melonjak kaget. Ponsel yang kumainkan sambil rebahan lepas dari tanganku. Aku melihat bayangan hitamm dari jendela sedang menunggu untuk masuk.
"Rel! Rel! Please bukain pintu, aku kedinginan nih," pintanya dengan nada datar. Suara itu memang bergetar seperti menggigil kedinginan. Berbeda denganku, aku bergetar karena seringai kucing yang tiba-tiba mengiringi suara orang itu.
Aku tak langsung membuka pintu, sampai panggilan dan ketukannya diulang lagi.
"Rel! Rel please bukain pintunya, gue tahu loe udah bangun,"
Deg. Sontak bulu kudukku meremang. Aku mengenali suara itu, tetapi aku masih ragu. Aku tidak menyalakan lampu, apa karena ia melihat media sosialku yang sedang online? Pikirku.
Panggilan ketiga, suara itu memelas, mau tidak mau, akhirnya kuputuskan untuk membukakan pintu. Aku kaget sekaligus heran, temanku Danu, tubuhnya basah kuyup, wajahnya pucat, bibirnya bergetar dan giginya beradu gemeretak. Langsung kutuntun dia duduk di kasurku, memberikan dia handuk lalu menyodorkan air hangat.
Aku kembali membuka WhatsApp setelah Danu merasa lebih baik.
Lagi lagi jantungku serasa berhenti, badanku seketika terasa dingin. Tanganku bergetar hebat. Bagaimana tidak? Aku dikejutkan oleh sebuah pesan dari temanku. Ia memberitahukan dan mengirimkan sebuah foto yang mengerikan. Sebuah jasad yang pucat dan keriput, masih menggunakan kaos merah dengan celana pendek selutut. Orang di dalam foto itu adalah Danu. Katanya, Â tadi malam Danu ditemukan tewas terseret banjir bandang yang belakangan ini melanda beberapa desa di daerahku, salah satunya desa tempat tinggal Danu. Parahnya, aku melewatkan bagian ini.