Mohon tunggu...
Rany Kranchees
Rany Kranchees Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMKN 73 Jakarta

Saling sharing dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari ke Tarakan!!

18 Agustus 2012   08:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 3288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345276843393810149

Jalan-jalan ke Tarakan baru menjadi kenyataan pada liburan lalu. Apa istimewanya sih Tarakan?..turun dari pesawat setelah transit di Balikpapan membuat rasa penasaran semakin bertambah. Belum lagi di depan gerbang keluar bandara Juwata terpampang jelas spanduk “Tarakan, little Singapore”, ckckck berani juga si pembuat spanduk menyamakan kota Tarakan dengan salah satu destinasi wisata internasional. Oke, keduanya berbentuk pulau, tapi Tarakan hanya salah satu kota saja di Kalimantan Timur!? Keesokan hari, barulah saya berkesempatan untuk Tarakan city tour. Berhubung cuaca mendung dengan gerimis, saya berhenti sekaligus istirahat di warung kopi. Banyak warung kopi di Tarakan, tetapi berdasarkan rekomendasi dari supir taxi dan keluarga, saya datangi warung kopi Indra aka Aseng. Secangkir kopi susu langsung siap berikut bapau kacang hijau, kacang tanah dan tidak lupa roti bakar srikaya. Sewaktu memesan, seorang pembeli menyarankan saya untuk mencicipi mie goreng. Hangatnya kopi susu yang harum langsung memenuhi tenggorokan. Bapau kacang hijau yang legit dengan bapau kacang tanah yang pulen membuat lidah tergerak. Akhirnya pesanan mie goreng pun datang, bentuknya standar seperti umumnya mie goreng, rasanya..wahh pinjam istilah pak Bondan top markotop deh!!. Bagaimana dengan roti bakar srikayanya, berbeda dengan roti bakar di Jakarta, di warung kopi ini setangkup roti isi margarin dibakar kecoklatan baru di atasnya disiram selai srikaya, cocok memang untuk ngopi-ngopi. City tour dilanjutkan kembali, banyak bangunan lama tetapi tidak sedikit juga yang baru pasti ada nilai sejarahnya. Kota kecil seperti Tarakan tentu sangat diperlukan pusat informasi wisata sehingga pelancong yang baru di Tarakan bisa mendapat informasi yang jelas tentang obyek-obyek menarik di Tarakan. Perjalanan dilanjutkan ke telaga sebutan penduduk setempat untuk sumur angguk peninggalan jaman Belanda. Sumur-sumur ini tersebar di beberapa tempat dan masih aktif untuk memompa minyak mentah dari perut bumi Tarakan. Seandainya ada koordinasi antara pemda dan pengelola sumur angguk..hm saya yakin banyak penggemar wisata sejarah dan petualang yang berminat untuk melihat sumur angguk yang menakjubkan itu. Saya juga datang ke hutan mangrove tempat bekantan alias monyet belanda. Menurut penjaga di hutan mangrove, bekantan berkembang biak dengan baik di sini. Masih pagi saya datang ke situ, bekantan masih dapat dilihat dengan jelas sedang berayun-ayun di pohon bakau. Hutan buatan ini kecil saja, pengunjung baik dewasa maupun anak-anak leluasa untuk berjalan-jalan di dalam hutan. Salah seorang keluarga menyarankan saya untuk berkunjung ke rumah adat suku dayak Tidung. Dayak Tidung adalah penduduk asli pulau Tarakan ini, rumah adat tersebut berdiri secara swaloka bukan milik pemerintah, beruntung saya bertemu dengan ketua adat dayak Tidung yang ramah. Pengurus  rumah adat dayak Tidung menjelaskan bahwa rumah adat ini didirikan sebagai upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya dayak Tidung, sudah banyak wisatawan mancanegara dan nusantara yang datang berkunjung ke rumah adat tersebut. Di souvenir shop, saya membeli batik Tarakan yang sedang digalakkan usaha pembuatan batik tersebut oleh pemda..Good Job!!..karena menurut saya tidak semua pengunjung yang datang ke Tarakan ingin membawa oleh-oleh berupa makanan saja, barang-barang seperti seni batik pasti akan disenangi. Pulau Tarakan dikelilingi oleh pantai yang terbentang indah salah satunya adalah pantai Amal. Pantai Amal juga merupakan salah satu tempat yang dipadati pengunjung untuk merayakan pergantian tahun. Penduduk Tarakan mengenal pantai Amal terbagi dua yaitu Amal Lama dan Amal Baru. Amal Lama memiliki pasir putih dengan pembatas jalan/boulevard sedangkan Amal Baru terletak tidak jauh dari Amal Lama. Wisatawan tinggal memilih yang mana yang disukai untuk dikunjungi. Pantai ini merupakan primadona wisata pantai penduduk Tarakan..memang indah dan kalau ditata dengan baik pasti orang semakin banyak yang datang ke pantai Amal. Julukan lain kota Tarakan adalah kota kepiting, di beberapa rumah makan kepiting bisa dijumpai termasuk kepiting soka yang kulitnya bisa dimakan. Hanya belakangan kepiting sulit ditemui di pasar-pasar diduga kepiting-kepiting tersebut dijual ke luar pulau Tarakan. Padahal masakan kepiting Tarakan menurut saya maknyuuus lhoo hehehe, jadi wisatawan juga bisa jalan-jalan sekaligus melakukan wisata kuliner di Tarakan. Sebelum meninggalkan Tarakan, saya teringat spanduk “Tarakan, little Singapore” dan berandai-andai. Seandainya putra daerah yang banyak merantau keluar Tarakan berminat dan ingin memajukan Tarakan, tentu wisata Tarakan akan maju. Majunya wisata akan menggeliatkan perekonomian Tarakan. Begitu banyak potensi yang bisa digali, bukan hanya menggali minyak mentah tetapi juga menggali sumber daya yang ada di Tarakan. Sumber daya alam terbentang luas dan butuh tenaga juga pikiran manusia untuk mengembangkannya. Singapore yang dibuat indah oleh manusia saja bisa menjadi tujuan wisata favorit apalagi alam yang memang diciptakan indah oleh Tuhan. Saya juga teringat ucapan teman yang berkata “Oh baru pertama kali kah ke Tarakan?” “Pasti ada yang kedua kalinya!!”..ucapan yang benar karena kenangan indah akan membawa orang kembali ke Tarakan untuk ber lazy time di sana. Mari ke Tarakan!! artikel serupa pernah dimuat di http://www.keker-kaltim.org

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun