Mohon tunggu...
Ira Nuraeni
Ira Nuraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Program Studi Ilmu Komunikasi || 23107030051

Penulis adalah perempuan berdarah Sunda yang kini sedang menempuh studi di kota Pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengurai Benang Kusut: Memahami Akar Penyebab Self-Harm dan Menemukan Solusi untuk Keseimbangan Emosional

4 Juni 2024   18:48 Diperbarui: 4 Juni 2024   19:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alodokter.com

Self-harm, atau kebiasaan menyakiti diri sendiri, merupakan masalah yang kompleks dan seringkali menjadi cara bagi individu untuk mengatasi tekanan emosional, kesedihan, atau trauma yang mereka alami. Dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk memahami akar penyebab self-harm, mengidentifikasi tanda-tanda yang perlu diwaspadai, dan mencari cara yang efektif untuk mengatasi kebiasaan tersebut.
 
Self-harm adalah perilaku yang kompleks dan seringkali sulit dipahami. Beberapa alasan mengapa orang mungkin melakukan self-harm termasuk:


1. Mengatasi Emosi Negatif: Beberapa individu mungkin menggunakan self-harm sebagai cara untuk meredakan atau mengalihkan emosi negatif seperti stres, kesedihan, kecemasan, atau marah yang mereka rasakan. Melakukan self-harm dapat memberikan rasa pembebasan sementara dari tekanan emosional yang dirasakan.
2. Mengatasi Trauma atau Pengalaman Pahit: Individu yang mengalami trauma masa lalu atau pengalaman pahit tertentu mungkin menggunakan self-harm sebagai mekanisme koping untuk menghadapi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang terkait dengan pengalaman tersebut.
3. Kontrol dan Perasaan Diri: Bagi beberapa orang, self-harm dapat menjadi cara untuk merasa memiliki kendali atas hidup mereka. Dalam situasi di mana individu merasa tidak memiliki kendali atau merasa terjebak, self-harm dapat memberikan perasaan kontrol yang sementara.
4. Ekspresi Emosi yang Tidak Terucapkan: Beberapa individu mungkin kesulitan dalam mengungkapkan atau mengelola emosi secara verbal, sehingga mereka menggunakan self-harm sebagai cara untuk mengekspresikan atau meredakan emosi yang terpendam.
5. Mengatasi Perasaan Hampa atau Numbness: Beberapa individu mungkin merasa hampa atau kehilangan sensasi emosional tertentu, dan self-harm dapat menjadi cara untuk merasakan sesuatu, bahkan jika itu adalah rasa sakit fisik.
 
Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan motivasi yang unik dalam melakukan self-harm. Meskipun self-harm mungkin memberikan pembebasan sementara, jalan keluar yang sehat dan berkelanjutan adalah dengan mencari bantuan profesional, mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi yang sehat, dan membangun sistem dukungan yang solid.

Beberapa contoh self-harm atau kebiasaan menyakiti diri sendiri meliputi:

1. Sayatan: Melukai diri sendiri dengan menggunakan benda tajam seperti pisau atau gunting untuk membuat sayatan pada kulit.
2. Bakar Diri: Membakar diri sendiri dengan menggunakan benda panas seperti korek api atau lilin untuk menyebabkan luka bakar pada kulit.
3. Memukul Diri Sendiri: Memukul tubuh sendiri dengan keras atau memukul benda keras untuk menyebabkan luka memar atau cidera.
4. Meremukkan Kulit: Meremukkan kulit dengan menggunakan kuku atau benda tajam lainnya untuk menyebabkan luka atau lecet pada kulit.
5. Penyiksaan Fisik: Melakukan tindakan fisik yang menyakitkan pada diri sendiri, seperti menarik rambut, memukul diri sendiri, atau menarik kulit.
6. Kepo: Mengonsumsi zat berbahaya atau obat-obatan secara sengaja untuk merasakan rasa sakit atau efek negatif pada tubuh.

Dampak Kesehatan Mental
Self-harm atau kebiasaan menyakiti diri sendiri dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental seseorang. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari self-harm terhadap kesehatan mental:


1. Depresi dan Kecemasan: Self-harm seringkali terkait dengan depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya. Individu yang melakukan self-harm mungkin mengalami perasaan sedih yang mendalam, kecemasan yang berlebihan, dan ketidakmampuan untuk mengatasi stres secara sehat.
2. Rasa Bersalah dan Malu: Setelah melakukan self-harm, individu sering merasa bersalah, malu, dan merasa rendah diri. Hal ini dapat memperburuk kondisi mental mereka dan menyebabkan siklus negatif yang sulit untuk dihentikan.
3. Pemikiran dan Perilaku Bunuh Diri: Self-harm dapat meningkatkan risiko pemikiran dan perilaku bunuh diri. Individu yang melakukan self-harm mungkin merasa putus asa, tidak berharga, dan merasa bahwa self-harm adalah satu-satunya cara untuk meredakan rasa sakit emosional yang mereka rasakan.
4. Gangguan Makan: Beberapa individu yang melakukan self-harm juga dapat mengalami gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia. Self-harm dan gangguan makan seringkali terkait dengan masalah kepercayaan diri, kontrol, dan citra tubuh yang negatif.
5. Peningkatan Isolasi Sosial: Self-harm dapat menyebabkan individu menarik diri dari interaksi sosial dan merasa kesepian. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka dan membuat sulit bagi mereka untuk mencari bantuan dan dukungan.
6. Ketergantungan pada Self-Harm: Melakukan self-harm secara berulang dapat menciptakan ketergantungan psikologis pada perilaku tersebut. Individu mungkin merasa bahwa self-harm adalah satu-satunya cara untuk mengatasi emosi negatif, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencari solusi yang lebih sehat.
 
Penting untuk diingat bahwa self-harm bukanlah solusi yang efektif untuk mengatasi masalah emosional atau mental. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami self-harm, penting untuk mencari bantuan profesional dan dukungan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut dan memulai proses pemulihan yang sehat.

Cara Mengatasi Self-Harm
Mengatasi kebiasaan self-harm memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi self-harm meliputi:
1. Mencari Bantuan Profesional: Konsultasikan dengan psikolog, terapis, atau konselor untuk mendapatkan dukungan dan bimbingan yang tepat.
2. Mengembangkan Keterampilan Pengelolaan Emosi: Pelajari cara mengidentifikasi dan mengelola emosi secara sehat dan konstruktif.
3. Menemukan Alternatif Positif: Temukan kegiatan atau hobi yang dapat mengalihkan perhatian dari dorongan self-harm.
4. Membangun Sistem Dukungan: Jalin hubungan yang sehat dengan orang-orang terdekat dan teman-teman yang dapat memberikan dukungan dan pemahaman.
 
Pentingnya Dukungan dan Pemahaman
Penting bagi individu yang mengalami self-harm untuk merasa didengar, dipahami, dan didukung dalam proses pemulihan. Berbicara terbuka tentang self-harm, mencari bantuan dari orang-orang terdekat, dan menjalin hubungan yang sehat dengan diri sendiri merupakan langkah penting dalam mengatasi kebiasaan self-harm.
 
Self-harm adalah masalah yang serius dan memerlukan perhatian yang mendalam. Dengan pemahaman yang baik tentang self-harm, langkah-langkah preventif yang tepat, serta dukungan yang memadai, individu yang mengalami self-harm dapat menemukan jalan menuju kesembuhan dan kesejahteraan mental yang lebih baik. Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian dalam perjalanan ini, dan ada sumber daya dan dukungan yang siap membantu Anda melalui proses pemulihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun